Jalan Terjal Hijrah

Jalan Terjal Hijrah

Nah, ternyata untuk sampai finis itu banyak ujian. Miriplah untuk tamat setiap jenjang pendidikan sekolah barus pakai ujian. Beratnya ujian sepadan dengan jenjangnya.

Yang namanya ujian itu mesti sulit. Ujian yang mudah itu tidak meyakinkan. Ujian gampang itu lucu.Hal itu ditegaskan di ayat 142.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 142)

Tahapani ini wajib dilalui setiap insan hijrah. Hal itu terjadi sejak hijrah dalam konteks pindah dari Mekah ke Medinah, sampai istilah hijrah dalam arti kuitatif dari Islam yang kurang atau tipid-tipis menjadi muslim kaffah.

Contoh Syuaib Ar Rumi. Demi hijrah dia tinggalkan anak istri harta saudara semuanya. Tatkala Rasulullah tahu, Beliau dawuh ,”beruntunglah Syuaib. Beruntunglah Syuaib.”

Demikian pula sahabat yang hijrah banyak rintangan. Ada yang dicegat, dikriminalisasi, dirampas hartanya, kelaparan, penuh penderitaan.

Oleh ksrena itu, hijrah bernilai jihad fi sabilillah.

“Dan barang siap berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 100)

Pada akhirnya perjalanan hijrah akan ditentukan yang punya hajat. Apakah ibarat sepur langsir maju mundur, atau angkot maju jalan lantas ngeteagi atau ibarat kapal sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai. Takbir!!

Rabbi a’lam

Anwar Hudijono, jurnalis tinggal di Sidoarjo