Deni Iskandar, pemuda asal Pandeglang, salah satu murid Abuya KH Ahmad Muhtadi, tokoh spiritual Muslim di Provinsi Banten, lulusan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, mendapat beasiswa dari Yayasan Nostra Aetate, Vatikan untuk Studi Hubungan Antaragama. Beasiswa itu sudah tergenapi pada akhir Juni 2023.
Tak terbayangkan dalam benak Deni bahwa suatu saat akan merasakan bagaimana belajar dan kuliah di Pontifical University Thomas Aquinas-Angelicum dan Pontificia Università Gregoriana, juga pada Nostra Aetate Foundation pada Dicastery for Interreligious Dialogue (NAF-DID) di Vatikan.
“Ini perjalanan panjang. Saya dapat beasiswa dari Vatikan dan saya sekolah di Kota Roma. Saya mengenal banyak tokoh dan pastor Katolik. Saya pernah menulis buku berjudul Katolik di Tanah Santri,” tutur Deni dikutip dari perbincangannya dengan Pater Markus Solo Kewuta, SVD, Minggu (27/8/2023). Perbincangan ini disiarkan dalam channel Youtube Padre Marco sejak 26 Juni 2023.
“Berkat wasilah (pertolongan melalui perantaraan) seorang Pastor Katolik, bernama Pater Markus Solo yang akrab disapa Padre Marco, saya bisa punya kesempatan belajar di kampus Kepausan dan juga pada Dikasterium Kepausan milik negara Vatikan,” sambungnya.
Di Kota Roma Ada Masjid Agung
Deni berkisah dirinya sempat bingung ketika berada di Roma. Salah satunya bagaimana dirinya bisa menjalankan ibadah selama kuliah? Kebingungan Deni terobati. Deni bercerita, di Kota Roma ada Masjid Agung terbesar di daratan Eropa. Ada juga puluhan musala yang digunakan sebagai tempat ibadah termasuk salat Jumat, dan juga salat Tarawih. Salah satu musala terletak di wilayah Vittorio Emanuele; bernama Musala Baitu Assalam (Rumah Keselamatan). Menariknya, musala ini persis berdampingan dengan sebuah Gereja Katolik.
“Saya bersyukur, di sini, alhamdulillah, puasa saya selama Bulan Suci Ramadan lancar, alias tidak batal. Sahabat-sahabat Katolik yang serumah dengan saya memberikan kepada saya apa yang saya butuhkan untuk berpuasa,” cerita Deni.
Bertemu Paus Fransiskus
Deni sama sekali tidak menyangka akan bertemu, bahkan berbincang empat mata dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Rabu (28/6/2023). Bisa bertemu bahkan bertegur sapa dengan Paus Fransiskus, di Lapangan depan Basilika Santo Petrus, Vatikan, tentu sangat membahagiakan bagi anak penjual kopi di Pasar Kambing, Tanah Abang, Jakarta Pusat ini. Saat berjumpa dengannya, Paus Fransiskus berkata kepada Deni: “Bene, il futuro dell’Indonesia!” “Bagus, masa depan Indonesia!”.
Deni mengatakan, dirinya tidak menyangka bisa bertegur sapa dengan pimpinan Gereja Katolik Dunia, sekaligus Kepala Negara Vatikan itu.
Ia menjelaskan bahwa pertemuan dirinya dengan Paus Fransiskus dalam rangka silaturahmi sekaligus laporan atas selesainya studi di Nostra Aetate Foundation yang adalah bagian kerja dari Dicastery for Interreligous Dialogue, Vatikan untuk memajukan dialog dan perdamaian melalui jalur pendidikan. “Jadi dalam pertemuan itu, saya silaturahmi dengan Yang Mulia Paus Fransiskus, kemudian juga laporan bahwa saya sudah beres menyelesaikan studi,” terang Deni.
Dilansir melalui Pos Kupang.com, pemuda dengan panggilan akrab Bung Goler itu menjelaskan bahwa dirinya juga merayu Paus Fransiskus untuk berkenan datang ke Indonesia dan juga meminta mendoakan Indonesia agar menjadi negara yang kuat, maju, dan damai.
“Dalam pertemuan itu saya juga bilang bahwa jika ada waktu Santo Padre Fransiskus harus datang ke Indonesia, kemudian juga saya bilang terima kasih telah memberikan saya beasiswa lewat Nostra Aetate Foundation, serta saya juga bilang, doakan saya dan Indonesia. Kemudian Paus Fransiskus bilang, ‘Iya’,” jelasnya.
Bagi Deni, Paus Fransiskus sebagai Kepala Negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik Dunia, adalah sosok yang humble dan punya komitmen yang tinggi dalam membangun perdamaian dunia.
Deni Bertekad Bangun Dialog
Dalam wawancara bersama Padre Marco, SVD, Deni menyampaikan tekadnya untuk membangun dialog setelah kembali ke Indonesia. Deni bertekad membangun dialog dengan cara membangun kerja sama dengan para ulama, umat Islam, dan gereja Katolik untuk bagaimana dialog antarumat beragama terus dilanjutkan sebagaimana pernah dilakukan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur Uskup Keuskupan Bogor dengan Abuya KH Ahmad Muhtadi di Banten. Deni meyakini dialog adalah jalan mutlak menuju perdamaian. Tidak ada jalan lain, tegasnya.
Tekad ini dibangun karena dirinya merasa yakin telah mempelajari dokumen maupun ensiklik Gereja Katolik yang berbicara tentang konsep dialog lintas agama. Ada dua dokumen gereja yang bagi Deni menarik. Pertama, dokumen Human Fraternity yang adalah dokumen apostolik Paus Fransiskus dalam kerja sama dengan Dr. Ahmad Al-Tayyeb, Imam besar Al-Azhar, yang ditandatangani 4 Februari 2019 lalu di Abu Dhabi. Kedua, dokumen Laudato Si (memelihara bumi sebagai rumah bersama). Bagi Deni ini dokumen istimewa yang patut ditiru oleh semua agama. (*)