Purkon Sumantri (Akong), nara sumber di stan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raimuna Nasional, mengakui adanya kisruh soal natura. Dia dan panitia lainnya mendapat makanan nasi kotak yang isinya hanya nasi, sayur toge, tahu, sepotong ati sapi dan sambel. “Bahan makanan yang diterima peserta dan pembina pemdamping tidak sesuai dengan biaya (camp fee) yang telah mereka bayar ke Kwarnas,” kata Purkon yang pernah menjadi Ketua Panitia Pelaksana sekaligus Bupati Perkemahan Raimuna Nasional 1997 di Cibubur, Jakarta Timur.
Purkon menduga masalah natura muncul karena rendahnya nilai kontrak kepada vendor, tidak ada ahli gizi yang memeriksa kualitasnya dan lemahnya kontrol oleh Kwarnas.
Menurutnya, kekacauan dalam manajemen kegiatan dipicu oleh aplikasi Raimuna Nasional yang lemah. Banyak peserta yang baru menerima pemberitahuan agenda kegiatan hari itu pada Subuh hari. “Kwarnas bikin aplikasi namun ndak pernah uji coba,” kata Akong yang kini jadi aktivis lingkungan hidup dan Pimpinan Saka Kalpataru.
Purkon menyayangkan soal lemahnya pengamanan sehingga terjadi kasus pencurian barang berharga tiga pembina pendamping, pelecehan seksual dan longgarnya satuan terpisah dalam perkemahan. Dia menyaksikan banyak warga yang bukan pramuka bebas masuk ke perkemahan. Apalagi pada saat Tulus dan artis lainnya tampil malam hari di lapangan utama. Peserta dan pendamping putera berada di perkemahan puteri sampai malam hari.
Purkon menilai semrawutnya pelaksanaan Raimuna Nasional 2023 tidak lepas dari lemahnya perencanaan, dominannya pendamping DKN dan tidak dilibatkannya Andalan dan orang dewasa lainnya yang memiliki kemampuan dan jejaring. “Seharusnya sejak dua tahun lalu, Kwarnas melakukan kolaborasi dengan kementrian/instansi pemerintah, perusahaan dan lembaga non-pemerintah lainnya,” kata Purkon (Akong), Ketua DKN 1993-1998. (*)