SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Event Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) yang sempat vakum selama pandemic Covid-19, akan didaftarkan Wali Kota Eri Cahyadi ke Kharisma Event Nusantara atau KEN yang dikelola Kemenparekraf.
Keinginan tersebut, kata Eri, karena ingin mengembangkan event SCCIFAF agar lebih luas seperti halnya Festival Rujak Uleg.
“Sebelumnya, Festival Rujak. Insya Allah Parade Bunga dan Cross Culture akan kita daftarkan juga,” katanya.
Sekadar informasi, Kharisma Event Nusantara atau KEN, merupakan strategi kolaborasi Kemenparekraf bersama Pemerintah Daerah dan seluruh stakeholder pariwisata untuk menaikkan citra pariwisata Indonesia dan penggerak kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam pelaksanaannya, selain menyediakan lapangan kerja, KEN juga diharapkan meningkatkan pergerakan wisatawan.
Selain itu, Eri mengakui, bahwa delegasi yang ikut dalam Surabaya Cross Culture di tahun 2023 ini tidak sebanyak dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan SCCIFAF sempat terhenti tiga tahun karena adanya pandemi Covid-19.
“Kalau kemarin (sebelum pandemi) yang ikut banyak, tapi setelah pandemi belum banyak delegasi yang datang di Surabaya. Mungkin insya Allah tahun depan kita daftarkan bisa masuk KEN seperti Rujak Uleg,” jelasnya.
Melalui event SCCIFAF ini, Eri menyatakan ingin menunjukan budaya Surabaya kepada para delegasi yang berasal dari berbagai daerah dan mancanegara. Karena menurutnya, Surabaya ini memiliki banyak budaya tarian dengan berbagai ragam.
Bahkan, lanjut Eri, jika Surabaya juga mendapatkan permintaan untuk mengirimkan delegasinya agar tampil di Negara Uzbekistan dan India. Hal tersebut menunjukkan jika budaya seni asal Kota Surabaya ini juga diakui oleh negara-negara lain.
“Jadi mereka betul-betul merasa budaya Surabaya ini juga bisa tampil di luar sana. Bahkan dari Kochi Jepang, itu juga minta kita (Surabaya) tampil di sana,” imbuhnya.
Saat ditanya tarian seperti apa yang akan ditampilkan ke luar negeri, Eri menyebut, jika tarian itu seperti di antaranya Tari Remo, Gito Maron dan sebagainya. Namun, tarian yang akan ditampilkan ke luar negeri tentu ada modifikasinya.
“Ada kebanggan ketika semua budaya seni yang kita tampilkan menarik dari pihak luar negeri untuk diajak berkolaborasi di sana. Berarti mengakui tarian kita, budaya kita juga alhamdulillah nyaman, enak dilihat dan filosofi-filosofinya ada,” ujarnya. (*)