Opini  

Hijrah adalah Kebangkitan Sejati

Refleksi Tahun Baru Hijriyah 1445

Hijrah adalah Kebangkitan Sejati
Djoko Tetuko

Ketika peradaban manusia sudah mulai modern, mulai membutuhkan perkembangan menuju penyempurnaan dalam menandai peristiwa dan sejarah, maka Islam dengan tuntutan Al-Qur’an melegitimasi dengan membuat bulan dengan putaran satu tahun sebanyak 12 bulan.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) pada (Surat At Taubah 36), Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (Rajab, Dzulqoidah, Dzulhijjah dan Muharam) …”

Ketika para sahabat ingin menandai nama-nama selama 12 bulan, juga menentukan penanggalan dengan tahun Hijriyah, maka Ali bin Abi Thalib Rodlillohu Anhu (RA), mengusulkan bahwa tahun Hijriyah diawali sejak tahun berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Peristiwa bersejarah itulah disepakati sebagai awal tahun baru bagi umat Islam. Dan sebagai umat Islam seluruh dunia wajib melakukan refleksi atau kontemplasi (perenungan) untuk menuju kebaikan dan kebangkitan.

Pada dasarnya Hijrah Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam (SAW) dari Makkah ke Madinah, merupakan perintah Allah SWT untuk melakukan perubahan dari sebuah kota dengan “perlawanan” dari kaum Qurais begitu dahsyat, menuju Kota damai dan sejarah, Al Madinah Al Munawaroh (kota yang bercahaya ; kota yang cemerlang).

Maka ketika kita memasuki tahun baru Hijriyah 1445 dengan berbagai perubahan dan agenda perubahan dunia, juga agenda perubahan Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI) dihadapkan pada tantangan demokrasi dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta DPR RI juga DPD RI pada 14 Februari 2024.

Perubahan ekonomi menuju penguatan sebagai negara dengan kekayaan alam dan berbagai potensi luar biasa, menuju perubahan dengan harapan menjadi negara berdiri di atas kaki sendiri.

Perubahan umat atau warga negara, ingin bersama masyrakat dunia menatap kemajuan teknologi tanpa mampu menjual atau menggadaikan harga diri. Maka berniat berhijrah adalah keniscayaan.

Dalam bahasa populer perubahan Indoensia dengan harapan demokrasi terjaga, ekonomi semakin kuat, dan rakyat semakin dekat menikmati dengan berbagai perubahan positif sebagai kebangkitan. Maka momentum tahun baru Hijriyah 1445 inilah, saat paling tepat menuju “Kebangkitan Sejati” di semua lini. Ibarat bahasa manejemen totalitas melakukan perubahan, ibarat bahasa sepakbola total football dalam permainan.

Mengapa demikian? Karena tahun Hijriyah secara harfiah memang ditandai dengan perilaku secara totalitas sebagaimana firman Allah SWT, (Surat Al Baqarah 218), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”.

Ayat itu memberikan petunjuk bahwa persyaratan melakukan hijrah harus dengan iman, kemudian keyakinan itu menjadi modal hijrah (pindah) serta kepindahan itu dalam jalan Allah SWT. Semata-mata karena Allah. Karena mengharapkan rahmat Allah sebagaimana pada naskah Pembukaan UUD 1945.