JAKARTA (Wartatransparansi.com) – Koperasi tidak boleh kalah menghadapi globalisasi. Untuk itu, dengan semangat Gerakan Indonesia Melayani (GIM) dan tumbuhnya UMKM, kita harus mampu majukan koperasi dan UMKM. Lewat sistem pendidikan, koperasi harus dihadirkan untuk pembudayaan.
Demikian Deputi Koordinator Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi saat membuka rapat koordinasi Road to 12 Juli 2023: Implementasi Aksi Nyata Revolusi Mental Mewujudkan Indonesia Mandiri Gerakan Bangga Berkoperasi melalui National Cooperative Summit, di Ruang Taskin Kemenko PMK, Senin (19/6/2023).
Menurut didik, koperasi adalah gerakan nyata revolusi mental. Ia membawa nilai-nilai fundamental seperti etos kerja, gotong royong, dan integritas. Melalui koperasi, upaya pengurangan angka kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan penguatan ekonomi kerakyatan dapat digunakan menghadapi persaingan global.
Oleh karena itu, nilai-nilai itu sangat penting ditanamkan sejak dini. Pembudayaan dan pembentukan karakter melalui sistem pendidikan yang menanamkan nilai-nilai tersebut perlu dipastikan keberlanjutannya.
“Kita harus belajar dari negara lain yang koperasinya maju. Kenapa koperasi di Indonesia yang notabene adalah soko guru perekonomian bangsa tidak maju dan tidak eksis?. Kita harus bisa” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Devy Rimayanti mengatakan, koperasi sekolah adalah pembudayaan ekonomi kerakyatan sejak dini. Ia pun berharap orang tua siswa juga terdorong untuk aktif berkoperasi di lingkungan masyarakat.
“Sudah lengkap koperasi ada semangat gotong royong, integritas, dan semangat berusaha,” tegasnya.
Hadir dalam rapat itu antara lain, Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) GNRM Arif Budimanta, Noer Soetrino dan Staf khusus Menko PMK Khoirul Muttaqin. Selain agenda pendek memperingati Hari Koperasi 12 Juli melalui event National Cooperative Summit, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dalam hal ini Gerakan Indonesia Melayani (GIM) bersiap pula dengan sejumlah aksi nyata.
Dua agenda aksi nyata adalah penyiapan modul atau panduan koperasi siswa (kopsis) dan juga aksi nyata digitalisasi kopsis cashless. Arif Budimanta menegaskan bahwa panduan kopsis SD fokus utamanya adalah perspektif penanaman nilai etos kerja, gotong royong, integritas (EGI) sebagai nilai instrumental Revolusi Mental.
“Dalam konteks kurikulum perlu kroscek kembali apakah sudah ada atau belum nilai-nilai tersebut. Juga, kopsis dan koperasi pemuda perlu dipetakan secara jelas,” tegasnya.
Pekalongan dipilih sebagai puncak acara Cooperative Summit, karena sangat representatif. “Pekalongan banyak koperasi yang hidup dan tumbuh. Ada koperasi yang sangat strategis seperti koperasi batik dan koperasi multietnik. Ini bisa saling kolaborasi. Pencanangan di sekolah ini penting sebab siswa adalah potensi pelaku koperasi yang sangat potensial dan perlu dirawat dan dilindungi,” urai Noer Soetrisno. (*/ANO)