KONTEKS LEBARAN SEBAGAI KEMENANGAN

KONTEKS LEBARAN SEBAGAI KEMENANGAN

Sering dilingkungan kita bahwa terhadap anak yang suka bertanya justru sering dilarang. Allah SWT memerintahkan, jika di rumah, di kelas, anak-murid bertanya maka jangan dilarang.

Orang Tua dan Guru wajib menjawab dan mengarahkannya. Dijelaskan dalam QS. An-Nahl :43 yang artinya, “…Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.

Makna lebaran sejatinya adalah kemampuan manajemen diri kita untuk selalu pandai bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita, karena makna bersyukur, sesungguhnya untuk diri kita sendiri.

Seorang muslim dikatakan beriman dengan benar jika mampu mengharmonisasikan antara iman, ilmu, dan amal karena ketiganya merupakan aspek penting yang diajarkan dalam Islam guna meningkatkan kualitas ibadah seseorang kepada Allah SWT agar manusia benar-benar dipastikan sukses hidup di dunia dan di akhirat.

Termasuk kategori amalan besar adalah ridha menerima ketetapan Allah SWT. Rezeki kita dari Allah SWT adalah takdir terbaik dariNya. Kalaulah terdapat tetesan air mata atas sebuah takdir haruslah dimaknai sebagai air mata bentuk kasih sayang bukan bentuk ketidakridaan atas takdir. Kita wajib yakin bahwa tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa.

Diantara hiruk-pikuk lebaran, kita terus meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dari hawa nafsu agar tidak menyebabkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain, menjaga tali silaturohim tanpa membedakan status sosial dan terus berusaha menjadikan diri ini sebagai manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya ‘Khoirunnas Anfauhum Linnas’.

Berada dilebaran yang suci ini, mari kita satukan niat tulus serta ikhlas dalam sanubari, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini, mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan.

Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri serta senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak terdapat kotoran dan noda.

Semoga Allah SWT, selalu memberikan pertolongannya kepada kita semua. Harapan suci dalam doa, seraya memohon kepada Allah ar-Rahman ar-Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada dan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, negeri yang gemah ripah loh jenawi tata tentrem kertaraharja, negara yang berkeadilan dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. (*)

*) Penulis adalah Akademisi ITB Widya Gama Lumajang dan Dosen MK. Pancasila dan Kewarganegaraan.