Oleh: Khoiruddin, S.Sos, ME – Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Undar Jombang
Balance atau keseimbangan merupakan kondisi titik zero (nol) dalam seseorang dan merupakan hasil kemampuan dalam mempertahankan segala sesuatu, baik itu sikap, tubuh, emosi, dan pikiran secara tepat dan bijaksana untuk tujuan kesejahteraan diri maupun orang lain dan itu di ajarkan dalam ramadhan.
Ramadhan adalah bulan berkah……….. قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ (Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, ……..,” (HR. Ahmad). Begitu banyak hikmah dan berkah ramadhan sehingga untuk membahasnya saja diperlukaan keterlibatan variety of knowledge (ragam pengetahuan) termasuk dalam ilmu ekonomi pembangunan. Salah satu fungsi ilmu ekonomi pembangunan adalah menciptakan upaya-upaya dalam memperbaiki taraf hidup masyarakat dengan memahami permasalahan dengan perencanaan dan evaluasi. Salah satu permasalahan di negara Indonesia tercinta ini adalah masalah keseimbangan kesejahteraan.
Al-Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan dalam Surat Quraisy ayat 3-4,
الَّذِىۡۤ اَطۡعَمَهُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۙ وَّاٰمَنَهُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ فَلۡيَـعۡبُدُوۡا رَبَّ هٰذَا الۡبَيۡتِۙ
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut” berdasarkan ayat di atas, maka kita dapat melihat bahwa indicator kesejahteraan dalam Al-Qur’an, yaitu menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah, menghilangkan lapar dan menghilangkan rasa takut.
Dari kata ayat “menghilangkan” menunjukan nol (ketiadaan) dari lapar dan rasa takut, dengan adanya keamanan pangan dan sosial.
Balancing Kesejahteraan Dengan Taqwa
Ketaqwaan adalah prilaku menuju kemakmuran dan kesejahteraan dengan membengun perilaku yang baik seperti; kejujuran, kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, dan sosial), etos kerja yang tinggi, etika berusaha dan bekerja yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid dan kepekaan sosial yang tinggi ini sesuai dengan himah yang diajarkan puasa ramadhan yang menuntut kejujuran, etos kerja tinggi, sabar secara emosional dengan mengekang hawa nafsu dari pwaktu sahur sampai waktu berbuka
Rasulullah Saw. bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِىْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يـَهْدِى إِلَى اْلجَنَّةِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدِقُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يـَهْدِىْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يـَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ كَذَّابا
“Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan (keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga. Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke neraka. Jika seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang selalu berdusta.”(HR. Bukhari).
Islam juga mengajarkan etos kerja yang tinggi dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri kita untuk mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini yang disebut dengan itqan atau ihsan yang dimulai dari niat pada waktu sahur, niat untuk melakukan kebaikan di hari esok (masa depan) . Sebagaimana sabdanya: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدَكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ. “Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai suatu perbuatan yang dikerjakan secara itqan (profesional)”. (HR. Ad-Dailamiy).