banner 728x90

Lebih Takut ke Kamera Daripada Allah?

Sketsa Serba- Serbi Sholat Subuh (8)

Lebih Takut ke Kamera Daripada Allah?

Tak hanya hanya sebatas sandal dan sepatu, pengalaman saya sholat subuh di mesjid pun ternyata masih sering terjadi pencurian motor. Padahal sebelum sholat, motor masih dijaga dan diwasi beberapa orang. Dan batas antara sholar dengan pengawasan beda tipis. Tapi tiba pada waktu sholat subuh, si maling secepat kilat mampu mencuri motor. Ini kan berarti dia sudah mengamati situasi mesjid pada subuh hari dengan cermat. Pastilah para maling sudah mengamati keadaan berhari-hari sebelumnya, sehingga mereka faham benar kapan momen untuk mencuri. Kejadian ini sudah beberapa kali terjadi.

Rupanya para pencuri sudah tidak takut lagi kepada Tuhan. Tidk gentar kepada Allah. Mereka tak peduli mencuri di rumah Allah. Tak ada sebiji pun rasa sungkan mencuri di rumah Tuhan. Di Mesjid. Ketamakan dan jalan pintas mencapai materi di dunia, lebih utama bagi para penjahat itu ketimbang menyadari mencuri di rumah Tuhan merupakan perbuatan tercela yang luar biasa. Perbuatan dosa besar. Mereka gak peduli. Masa sabadoh rumah Tuhan atawa bukan. Mereka sudah tidak lagi memiliki kepekaan sosial.

Menyadari fenomena ini, akhirnya pengurus mesjid memutuskan memasang CC TV atau kamera pengintI. Beberapa kamera dibpasang menghadap ke depan dan dapat memantau perkarangan dan tempat parkir mesjid. Begitu juga di dalam mesjid dipasang beberapa kamera. Setelah pemasangan kamera, di tempel striker kecil: mesjid ini diawasi oleh kamera, lengkap dengan gambar CC. Adanya kamera ini memungkinkan diketahui apa yang sebenarnya terjadi. Jika ada pencurian, khususnya pencurian motor, dapat dilihat dari rekaman siapa pelakunya dan bagaimana melakukan pencurian.

Sebenarnya, ini hanya upaya membantu saja buat mengurangi pencurian di lingkungan mesjid. Tetapi apa yang terjadi? Sejak adanya kamera, ternyata hampir tidak ada lagi pencurian motor. Untuk sandal dan sepatu cuma sekali dua kali saja, itu mungkin lantaran hanya tetukar.

Rupanya manusia dewasa ini kini lebih takut kepada pengawasan melalu pengintaian kamera ketimbang takut kepada Tuhan. Bukti fisik diduniawi lebih ditakutkan dibandingkan bukti yang dilihat oleh Allah dan kelak diminta pertanggungjawaban “di alam sana.” Apakah jiwa para penjahat memang demikian? Ataukah justeru hal itu merefleksi rata-rata dari mentalitas kita?
T a b i k. (*). bersambung

Wina Armada Sukardi,  wartawan dan advokat senior dan juga Dewan Pakar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.