Eri menekankan, kalau sudah dikatakan gratis untuk keluarga miskin, maka harus sesuai. Agar siswa tidak mampu mendapatkan hak-haknya seperti halnya siswa yang mampu.
“Jadi Pak Yusuf, saya minta tolong datanya dipastikan, nanti disampaikan ke guru-guru. Ajarkan juga, siswa untuk peduli dengan sesama,” katanya.
Eri berharap para guru bisa melarang rasa welas asih (empati) kepada murid-muridnya. Tujuannya adalah, untuk meningkatkan rasa kepedulian dan gotong royong terhadap sesama, untuk membantu siswa yang miskin.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, imbauan wali kota akan disampaikan kepada seluruh guru SD-SMP negeri maupun swasta. Yusuf memastikan, tidak ada lagi perbedaan laku antara siswa miskin dan non miskin.
“Kalau sekolah negeri kan otomatis sudah menggunakan anggaran pribadi. Nah, khusus yang swasta, kita hitung lagi berapa warga miskinnya per sekolah,” kata Yusuf.
Mengenai pelajaran terhadap siswa, Yusuf memastikan, sekolah negeri dan swasta tidak akan ada lagi penarikan apapun. Sesuai dengan amanat wali kota, para siswa harus dilakukan secara setara baik itu di negeri maupun swasta.
“Akan kami sampaikan ke sekolah negeri dan swasta, jangan sampai ada tarik-tarikan (uang utan), dan perlakukan siswa secara adil sesuai haknya,” Yusuf memastikan.
Ia menambahkan, dalam waktu dekat segera melakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan siswa yang layak dibantu. “Mengantisipasi kalau ada yang mengaku-aku miskin. Jangan sampai, ternyata punya mobil, tapi ngaku miskin. Makannya nanti kami bantu bersama Dinsos, kecamatan, dan kelurahan,” katanya. (*)