Tidak hanya itu, kerjasama antara IPB dan Pemprov Jatim juga telah berlangsung lama dan berjalan cukup baik. Diantaranya, pengembangan varietas padi IPB3S di Banyuwangi, Malang dan Blitar.
Kemudian pengembangan inovasi nanas PK1 di Kediri, dan pengembangan sekolah peternakan rakyat di Bojonegoro dan Jombang. Serta pengembangan teknologi fine Buble untuk udang, dan inovasi untuk limbah plastik diolah dengan teknologi dari IPB menjadi sumur resapan di Lamongan.
Nanas PK-1 ini merupakan produk holtikultura lokal unggulan Jatim besutan IPB yang dikembangkan di Kecamatan Ngancar, Kediri. Nanas tersebut memiliki keunggulan dengan rasanya yang manis, tidak berduri tajam dan bisa dikonsumsi dengan tanpa dikupas. Nanas PK-1 ini bahkan sudah diekspor ke Singapura dan Jepang.
“Cara mengupas nanas ini juga cukup mudah tidak seperti nanas lainnya. Bahkan duri di kulitnya juga tidak tajam. Soal rasa, sangat enak dan segar. Jadi kualitas nanas ini sangat luar biasa,” katanya.
Pengembangan riset dan inovasi di sektor pertanian ini, lanjut Khofifah, menjadi bagian dari komitmen Jatim dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Kami terus mendukung pengembangan varietas pertanian lokal agar bisa menghasilkan produk-produk pangan yang berkualitas. Karena kita ingin mendorong terwujudnya ketahanan pangan,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi mengatakan, saat ini tantangan yang dihadapi berbeda dengan tahun sebelumnya. Saat ini perubahan berlangsung begitu cepat. Kecepatan perubahan ini adalah menjadi keniscayaan. Ada perubahan yang datang tiba-tiba adapula yang direncanakan.
“Hal ini mendorong kemampuan kita beradaptasi menjadi keniscayaan agar kita bisa benar-benar merubah cara kerja kita, merubah cara pikir kita. Untuk itu konsep ketangguhan atau resiliensi jadi penting. kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kesiapan untuk bisa merespons perubahan ini sangat penting,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, visi IPB 2023-2028 yakni menjadi perguruan tinggi yang inovatif dan resilien untuk kemajuan bangsa yang berkelanjutan dalam membangun _techno-socio entrepreneurial university_ yang unggul di tingkat global pada bidang pertanian, kelautan dan biosains tropika.
“Techno-socioentrepreneurial university ini menggabungkan business enterprise dan social enterprise dan gabungan technopreneurial university dan sociopreneurial university,” katanya.
Saat ini IPB juga sedang mengembangkan IPB Innovation valley yang menggabungkan konsep riset, pendidikan wisata pembelajaran oetani dan bisnis dimana kata kuncinya adalah riset dan inovasi.
IPB, lanjutnya, juga membangun banyak Community learning center dengan banyak program seperti One Village One CEO, Desa Presisi, Sekolah Peternakan Rakyat, Agribusiness Technology Park, Tani Center, Nelayan Center, IPB Innovation Valley dan Kuliah Kerja Nyata.
“Hal ini membuat IPB telah hadir di 4.258 desa di 29 provinsi di Indonesia. Artinya IPB sudah hadir di 5,7 persen desa di Indonesia. Kemudian program One Village One CEO ini CEO nya adalah para mahasiswa dan alumni IPB yang telah ada di 439 desa di 33 kab/kota di 9 provinsi. Sebagian sudah ekspor ke 11 negara,” pungkasnya. (*)