banner 728x90

Eddy Rumpoko, Diawali Dengan Jagongan Dan Udut

Eddy Rumpoko, Diawali Dengan Jagongan Dan Udut
ILUSTRASI : Eddy Rumpoko

Lho kok malam-malam bawa bayi lengkap? “Nggih, Pak Wali mboten gadah rewang.” Iya, Pak Wali Tidak punya teman. Alhamdulillah, ilmu sesungguhnya terkandung dalam celetukan itu.

Pada lain kesempatan, saat melihat langsung apa saja fasilitas pendidikan yang ada di suatu desa, muncul istilah yang baru pertama kali saya dengar, yaitu sekolah satu atap. Saat itu juga saya bertanya, ternyata di desa-desa ada beberapa sekolah satu atap. Hal terjadi karena sedikitnya siswa, akibat masih banyaknya anak-anak usia sekolah yang ikut membantu orang tua mereka di lahan pertanian.

Penyebab lainnya adalah sulitnya biaya, serta infrastruktur yang minim untuk warga yang tinggal di ketinggian. Jalan naik dan menuruni perbukitan, belum beraspal. Banyak penyebab, mengapa muncul istillah sekolah satu atap.

Kemudian dalam pertemuan dengan tenaga pendidik, juga saat silahturami ke warga, saya tawarkan sebuiah gerakan, yaitu “anak’e kudu pinter meskipun wong tuwone ora pinter.” Semua pasti ingin sekali keluarga petani sejahtera dengan penguatan sumber daya manusia. Kalau bertemu dengan anak sekolah, “Ojo kalah ambe arek metropolitan, Arek Mbatu kudu iso mbangun dewe.”

Ungkapan ini sering saya sampaikan di mana saja, termasuk saat berkunjung di sekolah dan masuk ke kelas.

Seperti saat obrolan di ruang tamu degan Bude hanya berdua malam hari tahun 2016, Bude saya itu nyeletuk. “Opo pantes, gak enak ambe warga nek dicalonno,” kata Bude saya, mengagetkan. Tidak ada kehendak atau pikiran berpolitik secara praktis dalam perjalanan hidup, tetapi akhirnya harus saya lakoni, seperti angin berhembus.

Kini, lima belas tahun terasa seperti sebuah ikatan jagongan tanpa ada atas dan bawah, seakan pikiran, obrolan, ide, ilmu, semuanya menyatu ke dalam gagasan yang cantik . Iya, Kota Wisata Batu sekarang jadi jadi sexy, diminati banyak sekali orang, siapa saja, termasuk orang-orang yang sebenarnya tidak berhak memiliki.

Bagi warga, biarkan celetukan Pak Wali dan Bu Wali selama lima belas tahun adalah celetukan kemarin. Biarkan jadi bagian dari keluarga, biarkan warga masyarakat berdampingan.

Dikutip dari Ameg.id, Eddy Rumpoko, menyatakan dengan rasa hormat, saya menyampaikan matur nuwun di beri ruang waktu Limolas Taon mencari ilmu kehidupan di kota yang indah, keren dan sexy ini! (*)