SURABAYA (WartaTransparansi.com) – “Pentahelix sebagai Strategi Penyampaian Peran Pesantren untuk Dunia Luar Pesantren,” kata K.H. Abdul Halim Mahfudz, Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng Jombang.
Menyampaikan Meteri “Peran Pesantren dalam Literasi Keagamaan untuk Mencegah Perpecahan dan Memperkuat Kerjasama Antar Umat Beragama” saat Webinar Internasional yang digelar Institut Leimena, Selasa (22/11/2022), dijelaskan bahwa
saat ini banyak ancaman intoleransi yang ada di Indonesia.
Menurut kiai,
Pertama sisi Agama yakni munculnya paham Wahabisme. Paham ini dibawa oleh Mahasiswa yang belajar di Timur Tengah.
Kedua, lanjutnya, sisi pergaulan sosial yang berkembang dari kajian-kajian mahasiswa; pelajar; dan kelompok profesi.
Dan, ketiga sisi media sosial yang berkembang dari berita-berita bohong (hoax); misinformasi; disinformasi; fitnah; dan insinuasi yang berkembang tanpa rem.
Kiai Halim Mahfudz menegaskan bahwa
pesantren, dengan kekhasannya masing-masing, yakni mengajarkan kitab-kitab klasik; mendidik santri dengan akhlak; dan ilmu pengetahuan lain terkait ibadah dan etika, bisa menangkal ancaman-ancaman diatas.
Namun, kata dia, apalah artinya jika penangkalan itu hanya berhenti di dunia Pesantren, tidak menyentuh dunia di luar Pesantren.
“Maka dari itu, dalam teori bernama Pentahelix.
Pentahelix adalah strategi yang melibatkan berbagai unsur masyarakat dan lembaga-lembaga non profit dalam rangka mewujudkan sebuah inovasi. Melalui kolaborasi tersebut. Diharapkan terwujud suatu inovasi yang didukung oleh berbagai sumberdaya yang berinteraksi secara sinergis,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya,
unsur-unsur tersebut terdiri dari Pemerintah, Komunitas, Bisnis Usaha, Akademisi, dan Media Massa bersama-sama menjalankan.