Semua pergolakan sepakbola Indonesia dengan siklus setiap 3 tahun sekali terjadi Kongres Luar Biasa (KLB), dengan syahwat semua ingin berkomunikasi dan bermimpi ingin menyulap sepakbola Indonesia seperti di negara mbahnya sepakbola seperti Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Francis dan negara di kawasan Asia seperti Korea Selatan, Iran dan Jepang yang sudah mencicipi tampil di Piala Dunia. Juga mengejar Thailand dan Vietnam yang kini menjadi kekuatan baru di kawasan Asia serta Asia Tenggara langganan masuk final berbagai event.
Hanya saja jika syahwat saling menjatuhkan, saling berbuat kekuasaan, saling menyingkirkan di panggung federasi bernama PSSI, maka jangan harap akan memberikan nilai tertinggi atau minimal baik untuk etalase sepakbola, prestasi timnas dan kompetisi dengan wasit berjiwa suci.
Etalase bernama timnas dan wasit. Dimana dua hal berbeda dalan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan, tetapi sama-sama menjadi tolok ukur keberhasilan sepakbola di suatu negara.
Mengapa? Sebab kalau wasit sudah memimpin dengan adil sesuai ketentuan rule of regulation dan patuh pada law of regulation di semua tata kelola sepakbola, maka akan mencerminkan hasil pembinaan di klub yang sesunggunya, bukan hasil permainan dewa judi atau pesulap dari bangku cadangan.
Buah hasil kompetisi dengan kesungguhan melalui kemurnian pembinaan, maka akan melahirkan pemain-pemain hebat dan kuat dari mereka anak bangsa yang berbakat menjadi tumpuhan timnas. Apalagi kalau kualitas dan mutu permainan sudah mampu menandingi level dunia atau bertaraf internasional, baik fisik maupun kemampuan bermain. Itulah harapan bersama seluruh anak bangsa. Masa depan sepakbola Indonesia dengan gilang gemilang prestasi murni dari hati nurani, dari sentuhan proses pembinaan melalui manajemen profesional di bidang kompetisi dan perwasitan. Juga membentuk timnas hebat, kuat, sehat dan punya harkat serta martabat.
Sebuau catatan tentang masa depan sepakbola dari peristiwa ajaib bernama “Tsunami Kanjuruhan”, akankah para Dewa sepakbola Indonesia sudah kembali ke alam sadar, atau masih alam bawa sadar. Mari sama-sama menjadi pengabdi bangsa dan negara, bukan berkhianat pada seluruh anak bangsa. Mari memajukan sepakbola dengan meningkatkan prestasi timnas serta menjaga kompetisi dengan wasit berhati suci dalam menjaga keadilan di lapangan hijau. Prestasi timnas dan kompetisi sehat dengan wasit berkeadilan adalah fokus utama. Itu etalase, dan ketika berbicara di mata dunia, maka jayalah masa depan sepakbola Indonesia. (*)