Masa Depan Sepakbola Indonesia, PSSI Pegang Kunci (2)

Masa Depan Sepakbola Indonesia, PSSI Pegang Kunci (2)

Nabil berharap Sepabola Indonesia sebagimana filosofi olaraga bersifat universal, sebagaimana musik bahwa permainannya dapat dinikmati sebagai tontonan yang menghibur, bukan menimbulkan permusuhan. Apalagi menimbulkan kerusuhan.

Pemikiran Nabil secara umum sebagaimana disampaikan pada Sarasehan “Damailah Sepakbola Indonesia” yang digelar Unesa Surabaya beberapa waktu lalu, supaya sepakbola Indonesia, terutama suporter dapat diatur sedemikian rupa, sehingga sudah berperilaku profesional dan tidak menjadi bagian dari tradisi kerusuhan atau kekacauan di sepakbola.

Masa depan sepakbola Indonesia apakah tetap seperti sekarang ini atau ada perubahan dan perombakan, semua tergantung PSSI? Perombakan di tubuh PSSI masih butuh waktu, tetapi sentuhan dalam waktu pendek ini minimal merevisi manual liga atau regulasi tentang stadion dan suporter.

Suporter menjadi bagian penting karena sudah diberi pasal pada Undang Undang Keolahragaan, mempunyai hak dan kewajiban. Paling tidak memberikan hak profesional kepada suporter, selain itu PSSI juga mengatur manajemen kompetisi dengan baik, tanpa komplain soal wasit, tanpa mendebatkan jam pertandingan, tanpa membicarakan Steward (keamanan khusus) yang selama ini juga menjadi penonton, bahkan merusak tontonan karena kadang memasukkan penonton haram serta membiarkan penonton berbuat jahil.

Tradisi penonton berbuat jahil dan masih budaya melempar juga menyalakan kembang api. Bahkan sering turun ke lapangan hijau, tergantung PSSI sebagai pemegang kunci, karena voter di tangan para “penguasa” di federasi tertinggi mengurusi sepakbola di negeri ini. Apakah kompetisi lanjutan tahun 2022/2023 mengatur dengan baik dan profesional. Atau tidak menyentuh hal itu sama sekali. (Djoko Tetuko/bersambung)