Oleh Djoko Tetuko Abd Latief (Pemimpin Redaksi WartaTransparansi)
HASIL Tim Investigasi memberikan rekomendasi dengan menekankan pada family football atau football family dengan konsentrasi atau fokus pada masalah pertandingan sepak bola; pra pertandingan secara administrasi dengan ketentuan sesuai statuta, pertandingan sesuai statuta, pasca pertandingan sesuai statuta sebagaimana ratifikasi dari FIFA.
Salah satu hasil Tim Investigasi sebagai bagian dari dasar Komisi Disiplin memutuskan sanksi atas pelanggaran disiplin sesuai Kode Disiplin. Diantara rekomendasi itu ialah mencatat kekhilafan Ketua Panitia Pelaksana dan Security Officer dalam melakukan koordinasi keamanan, sehingga ada dua hal yaitu tradisi penonton atau suporter turun ke lapangan hijau seusai pertandingan, serta di luar dugaan dan pada detik-detik suporter bersalaman dan berangkulan dengan pemain Arema, ketika keamanan khusus menembakkan gas air mata.
Berbagai pertimbangan dalam tragedi Kanjuruhan ialah football family tidak terjadi pelanggraan disiplin. Tetapi pelanggraan karena kekhilafan mengakibatkan korban berjatuhan. Itulah “Tsunami Kanjuruhan” dalam waktu sekejap semua tiba-tiba jadi korban dan tidak kurang 130 orang wafat, pada saat masih suasana bergembira setelah menikmati sepakbola.
Mengapa perlu menguji emosi dan cerdas cerdik menjaga negeri? Menyelamatkan kepentingan lebih besar termasuk ekonomi pada industri sepak bola yang baru mulai bangkit. Inilah kecerdasan dan kecerdikan dalam memberikan pernyataan dan komentar atas peristiwa ini sangat dibutuhkan. Sebab melangkah dalam berpikir jika tidak mampu mengendalikan emosi akan mengakibatkan korban lebih banyak?
Jika insan dan pengamat sepak bola kurang mampu menguji emosi, tidak berpikir bahwa menyalahkan federasi saja dengan membabi buta, dapat berakibat sanksi FIFA dan akan mensengsarakan ribuan pemain sepak bola profesional dan puluhan ribu pesepakbola amatir Indonesia harus berhenti berkarier.