SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Presiden FIFA Gianni Infantino menyampaikan pernyataan resmi terkait tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB bukan hanya sekadar tragedi sepak bola, tetapi sudah merupakan tragedi bangsa.
“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 orang, saudara saudara kita dalam tragedi sepak bola di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur,” ujar Presiden Jokowi.
“Saya telah meminta Menteri Kesehatan dan Gubernur Jawa Timur untuk memonitor khusus pelayanan medis. Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan ketua Umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya.”
“Khusus kepada Kapolri, saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini,” demikian pernyataan resmi Presiden Jokowi. Presiden Jokowi juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara kompetisi Liga 1 2022-2023 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan.
Presiden FIFA Gianni Infantino juga telah bersuara menanggapi tragedi Kanjuruhan. Menurut Infantino, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang merenggut korban ratusan orang meninggal dunia merupakan “hari kelam sepak bola dunia”.
“Ini adalah hari kelam bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia sepak bola, sebuah tragedi di luar pemahaman,” kata Infantino, melalui laman resmi FIFA. “Saya menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga, rekan-rekan korban yang kehilangan nyawa setelah kejadian tragis ini.”
“Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami tujukan kepada para korban, mereka yang terluka. Bersama dengan rakyat Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Federasi Sepak Bola Indonesia, Liga Sepak Bola Indonesia, pada saat yang sulit ini,” tutur Infantino.
Laga Arema FC vs Persebaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 sejatinya berjalan lancar dengan skor akhir adalah 3-2 untuk kemenangan tim tamu. Akan tetapi, beberapa saat setelah pertandingan selesai, kericuhan meledak di Stadion Kanjuruhan. Kekalahan itu memicu amarah pendukung Arema FC sehingga mereka turun ke lapangan.
Pihak keamanan mencoba mengamankan situasi dengan menembakkan gas air mata ke bagian bawah pagar pembatas. FIFA selaku induk sepak bola dunia secara tegas menyatakan bahwa penggunaan gas air mata dilarang pada pertandingan sepak bola.
Hal itu tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pada Pasal 19 poin b tentang pengawasan penonton yang menyatakan bahwa tidak diperbolehkan mamakai gas air mata dan cerawat. Nahasnya, asap gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian mengarah ke tribune dan mengepul di sisi selatan. Asap tersebut disinyalir menjadi penyebab suporter mengalami sesak napas dan pingsan, hingga memakan korban jiwa.
Berdasarkan data resmi yang dilaporkan, hingga Minggu (2/10/2022) malam WIB, jumlah korban meninggal dunia akibat kerusuhan Kanjuruhan adalah 125 orang. Jika melihat jumlah korban jiwa, insiden Kanjuruhan menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.
Tragedi Stadion Nasional di Peru hingga kini menjadi tragedi paling besar di dunia sepak bola dengan total korban meninggal dunia mencapai 328 orang. Tragedi ini juga menjadi perhatian media dunia. Media-media olahraga besar Eropa seperti Marca dan The Guardian Sport turut menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai salah satu tajuk utama mereka.
Sementara itu, klub-klub Liga Spanyol melakukan hening cipta sebagai tanda duka cita terhadap tragedi di Kanjuruhan. Hal tersebut terlihat ketika Espanyol bersua Valencia pada laga pekan ke-7 kompetisi teratas Liga Spanyol, La Liga, di RCDE Stadium. Sebelum bertanding, para pemain dari kedua tim mengheningkan cipta untuk korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan. (sr)