banner 728x90

Harga BBM & Semar

Harga BBM & Semar
Komut Media Koran Transparansi Djoko Tetuko Abd Latief

Tema G20 Indonesia 2022
Pada presidensi kali ini, Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger.” Melalui tema ini Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Berdasarkan informasi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada bulan Maret 2021 lalu, jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07% atau Rp8.573,89 triliun.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia menjadi kekuatan tersendiri. Sebuah potret kemandirian rakyat dalam mengembangkan berbagai jenis usaha. Hanya saja apakah dengan kenaikan harga BBM sekarang ini masih mampu bertahan atau semakin meningkat. Tentu semua harus berhitung dengan cerdas selama minimal 1 tahun ke depan dengan berbagai indikator sangat mendasar dalam hal kebutuhan pokok (primer dan sekunder) rakyat Indonesia.

Menghitung peluang pada saat kenaikan harga BBM, yang tidak terlalu lama akan diikuti kebaikan berbagai tarif angkutan maupun harga kebutuhan pokok, maka mencari sosok pemimpin seperti Semar sangatlah tepat.

Paling tidak “menejemen jenaka” serius tetapi tetap santai atau dalam bahasa sufi “menyerahkan semua peristiwa dunia ini kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”, seraya mencari peluang bertahan sekaligus berkembang dengan kekuatan dari diri sendiri.

Mengapa harus mencari sosok Semar? Semar adalah Samar (Jawa), kemudian menjadi bahasa Indonesia baku, samar berkembang menjadi memyamar. Menyamar memiliki 5 arti. Menyamar berasal dari kata dasar samar.
Menyamar adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.
Menyamar memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga menyamar dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Diketahui Semar menjadi tokoh wayang yang diciptakan Waliyullah Sunan Kalijaga. Dalam pewayangan, tokoh ini merupakan pemimpin dari para punakawan yang berjiwa adil meski buruk rupa.

Semar dikenal sebagai tokoh wayang yang luar biasa. Dirinya beserta anak-anaknya yaitu, Gareng, Petruk, dan Bagong dalam setiap lakonnya kerap menyajikan pertunjukan yang menghibur dengan pesan yang bermanfaat.

“Menejemen Jenaka” pada saat negara dan bangsa dalam keadaan membutuhkan kebersamaan dalam mengatasi berbagai gejolak, pemimpin dengan jiwa kesatria dan menjaga marwah keadilan sangat dibutuhkan. Bahkan sesekali membuat susana terhibur, tidak ada ketegangan.

Semar mungkin salah satu karakter tertua yang terdapat pada mitologi Indonesia. Karakter ini konon tidak diturunkan dalam mitologi Hindu. Semar menjadi terkenal dalam pertunjukan wayang, terutama wayang kulit di Pulau Jawa dan Bali.

Bedasarkan buku Psikologi Raos dalam Wayang karya Suwardi Endraswara yang dimuat Republika disebutkan tokoh Semar memberi dimensi baru dan mendalam kepada etika wayang.

“Keberadaan Semar dan anak-anaknya mengandung suatu relativitasi daripada cita rasa priyayi mengenal kesatrian yang berbudaya, halus lahir batinnya,” tulis Imas Damayanti dalam tulisan Tokoh Sentral Pewayangan Semar dalam Dakwah Sunan Kalijaga.

Semar yang sering dipanggil Ki Lurah dalam cerita pewayangan disebut sebagai seorang begawan, tetapi dirinya memilih untuk menjadi simbol rakyat jelata. Karena itulah, Semar lebih dijuluki sebagai manusia setengah dewa.

Sedangkan dari sisi spritual, Semar mewakili watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih, dan tidak pernah terlalu riang gembira. Karena itulah sosoknya terkenal memiliki mental matang.

Dia memiliki sifat yang tidak kagetan, dan tidak juga gumunan, layaknya air tenang yang menghanyutkan. Tetapi di balik ketenangan sikapnya, tersimpan kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan.

Semar digambarkan sebagai sosok yang berwatak rembulan, wajahnya yang pucat diekspresikan sebagai pribadi yang tidak mengumbar nafsu. Dia disebut juga sebagai semareka den prayitna semare, yang artinya menidurkan diri.

Di sini maksud dari menidurkan diri adalah batinnya selalu awas, sedangkan pancaindra selalu ditidurkan dari gejolak api dan nafsu negatif. Dan yang utama, sosok Semar selalu meminta restu kepada Hyang Widhi atau Tuhan.

Semar juga menyebut bahwa pemimpin adalah seorang majikan sekaligus pelayan. Sehingga dirinya walau manusia setengah dewa tetap menjadi pelayan atau pembantu para kesatria.

Simbol Semar dengan samar atau menyamar adalah bagian dari perwujudan makhluk dengan wujud manusia di dunia, dengan kemuliaan sesuai dengan ikhtiar dan pendekatan kepada Tuhan. Dan, “Tuhan tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah”.

Semar dalam potret pewayangan menggambarkan pemimpin semua golongan dengan satria, sopan santun sungkem, syukur dan sabar.

BBM pada hari ini dengan kenaikan cukup memberatkan , membutuhkan pemimpin dapat “ngemong” (Jawa), dapat memimpin seperti orang tua menjaga anak-anaknya, orang tua menjaga keluarganya. Dan pemimpin dalam memimpin bangsa ini jika seperti orang tua menjaga anak dan keluarga, maka akan langgeng dalam sungkem (sujud) kepada Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Itulah simbol Semar sebagai pemimpin. (*)