Pemkot Surabaya akan Tata Ulang eks Lokalisasi Gang Dolly Jadi Kawasan Wisata

Pemkot Surabaya akan Tata Ulang eks Lokalisasi Gang Dolly Jadi Kawasan Wisata

SURABAYA (WartaTransparansi.com) –
Pemkot Surabaya akan menata ulang eks lokalisasi gang Dolly menjadi kawasan wisata Dolly. Penataan diharap tuntas pada bulan Desember 2022, tidak bersifat parsial, tetapi secara menyeluruh dengan mengoneksikan objek-objek yang ada di kawasan tersebut.

Rencana tersebut disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi setelah sebelumnya meninjau kawasan Dolly di Jalan Kupang Gunung Timur, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Di lokasi, Eri juga melihat taman, eks Wisma Barbara hingga Pasar Burung dan Batu Akik Dolly.

Pemkot, menurut Eri, tengah menyiapkan penataan sejumlah kawasan wisata. Yakni di kawasan Klakah Rejo, Sememi dan Jalan Kupang Gunung Timur atau lebih dikenal Gang Dolly.

“Sebenarnya kita sudah punya beberapa tempat atau rumah (eks wisma) yang kita beli (di kawasan Dolly). Tapi puluhan tahun itu tidak bisa digerakkan. Nah, kita akan manfaatkan rumah-rumah ini untuk bergeraknya ekonomi,” katanya, Selasa (30/8/2022).

Menurut dia, ketika sebuah tempat itu dikembangkan, maka kawasan tersebut harus menjadi jujukan wisatawan. Nah, ketika ada pengunjung datang, maka dampak yang didapat adalah bagaimana ekonomi warga sekitar bergerak.

“Bagaimana tamannya ada, terus tempat lain juga ada dan jadi tempat jujukan. Jadi ekonominya (warga) tetap bergerak di sini,” katanya.

Selain bakal menggunakan sejumlah eks wisma yang sudah dibeli pemkot, Eri juga bilang akan menata ulang eks Wisma Barbara. Gedung yang memiliki enam tingkat itu akan ditata ulang penggunaannya pada setiap lantainya.

Kita punya anak-anak muda Surabaya yang bergerak di bidang perfilman. Itu bisa pakai eks Gedung Barbara untuk working space di lantai 4, 5, dan 6 yang masih kosong. Bisa dipakai teman-teman membuat film terkait Dolly saiki (sekarang) dan Dolly biyen (dahulu),” jelasnya.

Sedangkan di lantai 1 eks Gedung Barbara, kata dia, akan digunakan untuk cafe atau rumah makan beserta display produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sementara untuk produksi sandal, selanjutnya dapat memanfaatkan lantai 2.

“Kalau jadi tempat wisata, produksinya (sandal) harus di atas. Yang bawah (Lantai 1) dibuat kafe sambil menampilkan produk-produknya, jadi nyambung. Nah, inikan yang harus diubah,” tukasnya.

Untuk itu, Eri mengungatkan jajarannya agar merencanakan pengembangan sebuah kawasan itu tidak dilakukan secara parsial atau sepotong-sepotong. Seperti misalnya pengembangan kawasan wisata di Dolly, maka harus dilakukan secara menyeluruh.

“Jadi kalau merencanakan sesuatu harus menyeluruh. Misal satu kawasan Dolly. Itu tadi saya minta teman-teman agar tidak berjalan sendiri-sendiri, harus bareng-bareng,” pesannya.