Eri menargetkan, kawasan wisata Dolly dapat berubah total pada bulan Desember 2022. Pengembangan kawasan itu pun direncanakan pula menggunakan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD tahun 2022.
“Target saya bulan Desember ini kawasan Dolly sudah berubah. Dolly ini sebenarnya sudah ada perencanaan, kita ada beberapa gambaran tentang perencanaan bantuan UK (Inggris), itu akan kita sinergikan dengan perencanaan pemkot,” sebutnya.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat menjelaskan, tahun 2022 ini Wali Kota ingin agar ada pengembangan kawasan Wisata Dolly. Terutama pengembangan atau penataan ulang eks Gedung Wisma Barbara.
“Jadi Pak Wali ingin ada rekonstruksi untuk kawasan ini, baik dari sisi parkir maupun kebangkitan ekonomi, termasuk sejarah Dolly. Kemudian ada ruang kerja, ada semacam untuk kegiatan anak-anak muda,” katanya.
Irvan menyebut, eks Wisma Barbara ditata ulang secara menyeluruh. Bahkan rencananya, di lantai 1 gedung tersebut, akan dilengkapi dengan kafe atau kuliner. “Kemudian lantai atas untuk produksi (sandal) dan ruang kerja,” jelasnya.
Mantan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya mengakui, dalam proses pengembangan kawasan Wisata Dolly, tidak bekerja sendiri. Namun, berkolaborasi dengan sejumlah PD.
“Kita minggu depan akan konsep dengan PD terkait. Kemudian kita paparkan dan fix-kan termasuk anggarannya dengan dewan di PAK 2022, kebutuhannya berapa,” terangnya.
Camat Sawahan Kota Surabaya, Yunus menambahkan, bahwa perencanaan yang akan digarap pemkot di kawasan Dolly dilakukan secara menyeluruh. Artinya, seluruh objek yang ada di sepanjang Jalan Kupang Gunung Timur dikoneksikan dan dapat saling mendukung.
“Tadi beliau (Wali Kota) sudah menyampaikan, tahun ini sudah berubah. Jadi, satu titik dengan yang lain sepanjang Gang (Dolly) ini terkoneksi. Dan yang terpenting bermanfaat bagi atau dirasakan masyarakat sekitar,” kata Yunus.
Ia mengaku telah menginstruksikan jajarannya untuk mendata warga RW 6 dan RW 12 yang berada di sepanjang Gang Dolly. Nantinya, warga di sana yang memiliki penghasilan di bawah Rp 2 juta, akan diberdayakan pemkot melalui program padat karya di kawasan Wisata Dolly.
Sehingga nantinya perubahan di daerah ini warga tidak hanya menjadi penonton, tapi menjadi pelaku di kawasan wisata ini. Jadi konsep padat karya benar-benar bisa maksimal di kawasan eks lokalisasi Dolly. (*)