Ciptakan Ekosistem Literasi, Guru di Surabaya Didorong Menulis Buku

Ciptakan Ekosistem Literasi, Guru di Surabaya Didorong Menulis Buku
Pemkot bersama Henbuk Marketplace mendorong guru di Surabaya untuk menuliskan karyanya di buku dan diupload di aplikasi henbuk.com.

SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Pemkot Surabaya bersama Henbuk Marketplace, ingin menciptakan ekosistem literasi di lingkungan pendidikan Kota Pahlawan. Mendorong guru di Kota Surabaya untuk menuliskan karyanya di buku dan diupload di aplikasi henbuk.com. Royalti dari hasil penjualan buku, langsung masuk ke rekening penulis dengan seketika.

Untuk tujuan tersebut, kedua pihak menggelar sosialisasi, Kamis (11/8/2022). Sosialisasi berlangsung di Graha Sawunggaling Komplek Gedung Pemkot Surabaya itu, diikuti oleh guru se Kota Surabaya.

Dalam kegiatan itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi membeli salah satu buku di aplikasi tersebut. Pembayarannya pun dilakukan melalui Qris, dan seketika pembayaran itu langsung masuk ke rekening si penulis yang merupakan guru Surabaya.

Menurut Eri, saat ini semakin banyak guru di Surabaya yang menuangkan ide dan pikirannya lewat buku. Hal ini sangat penting karena pemahaman siswa akan lebih sempurna di samping penjelasan dengan tatap muka.

“Para guru di Surabaya dikenal suka menulis. Sehingga, kami berusaha mewadahi. Bapak ibu guru bisa menuliskan tentang berbagai hal, misalnya buku tentang penyelesaian soal dengan berbagai variasi. Karya mereka itu lalu bisa diupload di aplikasi, nanti yang beli bisa anak didiknya, pihak sekolah, hingga masyarakat umum,” katanya.

Melalui cara ini, lanjut dia, maka para guru bisa menyebarluaskan ilmunya melalui buku. Tak kalah penting, guru juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan melalui buku yang dijual di aplikasi tersebut.

“Tulisan para guru bisa dihargai. Bahkan bisa menjadi penghasilan tambahan. Apalagi, orang menulis itu tidak banyak. Baik imajinasi hingga inspirasi sang penulis yang seharusnya dihargai,” katanya.

Eri menegaskan, bahwa format buku ini adalah elektronik berbentuk PDF. Dengan format ini, tentu harganya lebih murah dibanding harga buku biasa yang ada di toko-toko buku. Sebab, dengan cara ini tidak perlu mengeluarkan ongkos percetakan dan penjualannya tentu lebih luas.

“Kalau mencetak kan mahal, namun dengan aplikasi ini akan lebih praktis. Sehingga tidak mahal. Yang beli juga semakin banyak,” ujarnya.

Meski harganya murah, namun Eri berharap kualitas dari buku itu harus terjamin. Makanya, ia meminta Dinas Pendidikan Surabaya untuk melakukan pendampingan menulis kepada para guru-guru itu.