“Pengambilan sampel unggas ini merupakan tahap pertama. Kita melakukannya setahun minimal dua kali dan kita juga memiliki program vaksin serta desinfeksi unggas yang diternak oleh masyarakat,” terangnya.
Pada saat pengambilan sampel unggas, lanjut Antiek, DKPP Surabaya memahami dengan Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta. Setelah pengambilan sampel, selanjutnya akan digunakan sebagai pijakan untuk melakukan penanganan apabila ditemukan kasus.
Antiek menambahkan, dalam pengambilan sampel unggas ini juga melakukan sosialisasi kepada pedagang unggas. Sosialisasi itu menyampaikan tentang ciri-ciri flu burung, dan bagaimana upaya perawatan unggas agar tidak terkena virus tersebut.
“Oleh karena itu, kami mengimbau semua pihak, terutama pedagang unggas hidup, untuk bersama-sama mewaspadai virus ini. Agar warga Kota Surabaya khususnya terhindar dari penyebaran flu burung, tersebut,” ujarnya. (*)