Riyadh menceritakan, ada pedagang kuda dan pengusaha kaya terlibat dalam jual beli kuda. Keduanya sama-sama puas karena versi pedagang harganya sudah cukup tinggi, dan pengusaha juga puas karena memperoleh kuda yang berkualitas.
Sampai di rumah setelah pelana kuda dibuka oleh pembantunya, ditemukan permata satu kantong dan diminta oleh pembantu tidak perlu dikembalikan. . Tetapi sang pengusaha memutuskan dikembalikan.
Bercakapan pedagang dan pengusaha, sampaikan pada pedagang yang mempunyai berlian memberikan hadiah kepada pengusaha, tetapi ditolak karena tidak terkait dalam “jual beli”.
Pengusaha menjaga integritas dan harga diri, dengan mengembalikan dan tidak mau diberi hadiah. Padahal menentukan memiliki berlian itu.
Bagi wasit, lanjut Riyadh, selama memimpin pertandingan sesuai dengan peraturan atau statuta yang ada, maka ada peluang untuk memperkaya diri sendiri atau memungkinkan melakukan. Tetapi tidak terkait dengan tugas, lebih baik ditolak bahkan dijauhi. “Itulah integritas dan harga diri sejati,” tuturnya.
Integritas dan harga diri sejati, kata Riyadh, ialah penghargaan yang diberikan kepada seseorang karena kemampuan berbuat jujur dan adil, menjaga hak dan kewajiban orang lain, walaupun mampu mengubah.
“Integritas dan kemampuan diri untuk bersikap benar walaupun mampu menyembunyikan kebenaran itu. Bahkan untuk keuntungan yang lebih besar,” tandasnya.
Mengakhiri materi penyegaran, Riyadh meminta bahwa firnah sudah berlalu, “Mari bekerja atau bertugas sebagai wasit dengan semangat baru. InsyaAllah kalau memutus dengan benar Allah akan melindungi”. Tandas Riyadh mengakhiri. (*)