“Free play itu special time, biar anak memahami ini special time mereka, spesial ya pusatnya mereka. Kalau begitu, gadget tak boleh jadi pusat perhatian kita. Konten dapat di waktu lain, saat special time gadget off dulu,” ujar dia.
Selain free play, role play alias bermain peran seperti dengan boneka juga salah satu jenis permainan yang penting untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Lewat bermain peran, anak dapat mengekspresikan emosi yang ada, termasuk mencoba peran yang selama ini tak pernah dapat ia rasakan. Dalam kehidupan sehari-hari, anak kerap harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh orangtua. Ketika bermain peran, anak dapat mencoba jadi sosok yang berbeda, misalnya menjadi guru, sementara orangtua berakting sebagai murid.
“Menurut penelitian, anak yang sering terpapar imaginative play menunjukkan regulasi emosi lebih baik dan ekspresi kemarahan menurun. Bermain imajinatif baik sekali untuk perkembangan fisik, emosi, kesehatan mental,” jelas dia.
Hal lain yang tak kalah penting ialah kedua orangtua harus menyempatkan waktu untuk bermain bersama anak, baik bersama-sama atau masing-masing. Baik ayah maupun ibu harus punya waktu khusus bersama anaknya.
“Karena mungkin ada hal-hal yang ingin anak sampaikan ke salah satu saja,” katanya.
Dengan melewatkan waktu khusus bersama ayah atau ibu, anak dapat belajar mengenai sisi maskulin dan feminin manusia yang nantinya akan berpengaruh terhadap diri anak.
“Anak tetap butuh pengaruh dari kedua belah pihak, anak perempuan belajar dari ayahnya, anak laki-laki juga penting belajar dari ibunya. Banyak skill yang perlu ditularkan, termasuk memasak yang bukan skill feminin, melainkan life skill.” (*)