Tajuk  

Keajaiban Al-Qur’an

Keajaiban Al-Qur’an
Djoko Tetuko

(2). Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

(3).  Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

(4).  Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Dimulai dari hal mendasar tentang adanya manusia sebagai makhluk cipataan Allah yang istimewa. Dikatakan istimewa karena jika dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lain, hanya manusia yang memiliki akal dan pikiran (dua hal yang sangat penting). Dengan begitu, manusia pun mendapat hak istimewa dari Allah SWT berupa hak untuk memilih; memilih untuk beriman kepada-Nya, atau memilih untuk ingkar

Keajaiban lain akan soal Sidik Jari manusia bahwa setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik jari hanya dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.

Al Qur’an surat Al Qiyaamah ayat 3-4 menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk menyatukan kembali tulang belulang orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga mampu menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.

Firman Allah pada Surat Al Qiyamah ayat 3-4;

“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?”

“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”

Keajaiban Al-Qur’an sabagaimana yang baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20, adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa.

Imam Al-Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, merupakan kata untuk menunjuk sesuatu yang jauh.

Ia dapat ditafsirkan sebagai Surat Al-Baqarah, Al-Qur’an itu sendiri, kitab, atau kitab suci terdahulu. Sedangkan makna asal “kitāb” adalah “kumpulan, himpunan, gabungan.” Sementara Al-Qurthubi mengutip Al-Jundi, kitab itu gabungan dari huruf-huruf.

Adapun pengertian “tiada terdapat keraguan” adalah bahwa kitab itu demikian jelas dan gamblangnya dimana orang yang memiliki akal sehat tidak meragukannya sebagai wahyu yang mengandung mukjizat setelah menganalisanya.

Oleh karena itulah, ke depan dengan meyakini, memahami, dan menjalakan sesuai dengan petunjuk “keajaiban” Al-Qur’an, maka bangsa dan negara akan mendapatkan jalan keluar terbaik dalam menerangi kegelapan (baca, kebatilan dan kebodohan). (*)