17 Ramadhan 1443 H atau 18 April 2022 M, merupakan peringatan Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an).
Semakin tua sejak 14 abad silam secara bergelombang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sesuai dengan kebutuhan jaman untuk memberi rahmat bagi seluruh alam (dunia) beserta peristiwa terkuno maupun terkini, Al-Qur’an semakin menunjukkan keajaiban juga sebagai mukjizat luar biasa tiada tertandingi.
Diketahui Al-Qur’an mukjizat Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam (SAW) memiliki kekhususan dibandingkan dengan mukjizat Nabi-Nabi lainnya. Semua mukjizat sebelumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu.
Sedangkan mukjizat Al-Qur’an bersifat universal dan abadi, yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir jaman. Sehingga mampu membaca masa depan dengan ayat-ayat begitu bermartabat.
Sebagai mukjizat terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada para Nabi sebelumnya, Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW berupa mukjizat ruhiyah yang bersifat rasional, kekal sepanjang masa.
Al-Qur’an juga
dinamai Al-Furqan yang artinya pembeda, diambil dari kata al-Furqan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud Al-Furqon karena membedakan antara yang haq dengan yang batil.
Bahkan sejak 14 abad silam, Al-Qur’an tetap terjamin keaslian isinya karena Allah SWT sendiri yang memeliharanya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 9; “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan Sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya.”. Maka, hal ini merupakan salah satu daripada keajaiban Al-Qur’an sendiri.
Diketahui, bahwa Al-Qur’an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril,berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan, saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632 M.
Sebagai mukjizat luar biasa kata “Quran” disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an itu sendiri. Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.
Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur’an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.
Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral. Al-Qur’an digunakan bersama dengan hadis untuk menentukan hukum syari’ah.
Seseorang yang menghafal isi Al-Qur’an disebut Al Hafidz. Beberapa umat Muslim membacakan Al-Qur’an dengan bernada, dan peraturan, yang disebut tajwid. Bahkan saat bulan suci Ramadhan, biasanya umat Islam melengkapi hafalan dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan shalat tarawih. Bahkan membuka forum pengajian untuk memahami makna dari Al-Qur’an.
Salah satu keajaiban Al-Qur’an tentang kelahiran Manusia bahwa Allah SWT berfirman yang artinya; “Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?” (QS. Al-Waqi’ah :5 7-59).
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut;
(1). Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.