Contoh yang sudah kadung salah misalnya merubah pola makanan utama rakyat Indonesia dari berbasis beras kepada makanan berbasis gandum yang seratus persen diimpor. Konsumsi gandum per kapita di Indonesia adalah sebesar 30,5 kg/tahun telah melebihi konsumsi beras perkapita yang sebesar 27 kg/tahun. Padahal Indonesia harus mengimpor 100 % gandum karena tidak bisa ditanam di tanah Indonesia! Indonesia membuat dirinya rentan terhadap pasokan gandum dari luar negeri!
Hal tersebut diatas hanya merupakan salah satu hal kecil yang salah besar bagi upaya peningkatan ketahanan pangan nasional.
Kesalahan besar terjadi dibidang energi. Pada tahun 1990an Indonesia pernah memproduksi gas alam cair (LNG) terbesar didunia, yaitu di Arun Lhokseumawe Aceh yang pernah menjadi penyumbang devisa terbesar secara nasional.
Pada waktu puncaknya, ditahun 1994 Kilang LNG Arun memproduksi 224 kapal kargo dengan volume LNG sebesar 220 juta standar metrik kaki kubik per hari (million metric standard cubik feet per day / MMSCFD).
Satu kargo nilainya pada waktu itu US$10 juta. (Hitung aja sendiri berapa nilai LNG yang diangkut per hari).
Hampir Sebagian besar LNG tersebut diangkut ke Jepang dan Korea Selatan untuk menunjang industri otomotif di Jepang. Pada tahun 2014 LNG Arun berhenti operasi karena sudah habis.
Industri industri yang menggunakan LNG di Aceh seperti PT Pupuk Iskandar Muda, PT ASEAN Aceh Fertilizer dan PT Kertas Kraft Aceh akhirnya juga ikut gulung tikar.
Kedua contoh diatas merupakan contoh dari salah masak dan salah resep dari bahan baku (ingredient) yang bagus. Sumber energi habis tidak meninggalkan bekas kesejahteraan bagi rakyat di Lhokseumawe.
Seharusnya pemerintah (orde baru) pada waktu itu tidak menghidupkan industri otomotif di Jepang, dengan mengangkut semua cadangan gas alam cair dari Lhokseumawe ke Jepang, tetapi seharusnya mengundang perusahaan perusahaan otomotif Jepang beserta “keiretsu” nya (pabrikan pembuat suku cadang otomotif) untuk membangun industri di Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia akan menikmati manfaat ekonomis dari sumber daya energi yang dimiliki. Perbaikan taraf hidup, keahlian dan terciptanya domestik supply chain yang meningkatkan ketahanan ekonom nasional dari potensi embargo, sanksi dan perang.
Indonesia masih memiliki Sumber Gas Alam di Tangguh Papua Barat dan Marsela di Maluku yang seyogyanya bisa dijadikan sumber ketahanan energi nasional. Masalahnya semua ekspolrasi dan eksploitasi migas di Indonesia masih dilakukan oleh kontraktor asing yang memiliki modal dan teknoogi. Walaupun Indonesia telah memproduksi minyak sejak tahun 1970an (lebih dari 50 tahun), ternyata kita masih belum mampu belajar dan mandiri.
Kedepan, kita harus bisa menempuh kebijaksanaan bahwa Industri harus menghampiri sumber energi di Indonesia ketimbang sumber energi diangkut untuk industry dinegara lain. Kebutuhan pengamanan Fiskal jangka pendek harus diimbangi dengan strategi penguatan daya tahan ekonomi jangka Panjang.
Dibidang information teknologi, e-comerce dan lain lain, ternyata Indonesia telah bangga memiliki beberapa Unicorn (Perusahaan dengan nilai pasar diatas US$1 milyar) seperti Gojek, Toko Pedia, Buka Lapak, dll. Namun berbeda dengan Tiongkok, Indonesia menyerahkan “ecco- system” yang dimiliki dalam kontrol dan genggaman teknologi yang dikuasai negara lain. Indonesia merupakan pengguna Facebook dan whatsapp terbesar didunia! Selamat dan bangga!
Dengan demikian, walaupun memiliki lima faktor penentu terbentuknya daya tahan ekonomi nasional yang tinggi Indonesia masih jauh dari apa yang seharusnya dapat dicapai.
Tidak perlu menggunakan Senjata Nuklir Ekonomi untuk menghancurkan ekonomi Indonesia cukup dengan beberapa sanksi dan embargo saja perekonomian nasional akan berhenti.
Seperti saya katakana bahwa pada saat ini tidak ada negara yang mampu melawan keampuhan Senjata Nuklir Ekonomi (Jika diblokir dari keanggotaan SWIFT), Termasuk Tiongkok sekalipun. Namun yang dapat merubah adalah kemajuan teknologi itu sendiri.
Crypto Currency (mata uang digital) yang berbasis teknologi “block chain” kemungkinan besar memiliki karakteristik pengganti hegemoni SWIFT. Teknologi “block chain” tidak memerlukan clearing house lagi dan Krypto currency dapat digunakan sebagai system pembayaran global dengan mudah.
Dalam hal ini, Tiongkok menolak semua tipe mata uang Krypto tetapi melakukan pengembangan mata uang digital Renmimbi (mata uang nasional Tiongkok) dalam rangka mengantisipasi kedepan.
Apakah dapat terlaksana atau tidak?. Sejarah mengatakan bahwa segala sesuatu dapat dilakukan dengan teknologi. Walahualam!
Tulisan ini hanya mengingatkan kita, bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk kemajuan dan daya tahan ekonomi.
Kita tidak akan menempuh jalan perang karena kita ingin hidup secara damai dengan bangsa bangsa lain. Yaitu hidup berdampingan secara berwibawa, disegani dan dihormati.
(Bersambung)