Kamis, 28 Maret 2024
31 C
Surabaya
More
    OpiniKusta dan Perhatian

    Kusta dan Perhatian

    Oleh: Wetly

    Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day diperingati setiap hari Minggu terakhir di bulan Januari. Untuk tahun ini diperingati tanggal 30 Januari 2022, Minggu kemarin. Tidak seperti peringatan Hari Buruh atau lainnya, peringatan Hari Kusta Sedunia ini jauh dari yel yel massa yang memperingatinya.

    Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya beberapa provinsi saja yang masih menjadi kantong penyakit kusta, atau biasa orang menyebut (mitos) penyakit kutukan.

    Data Kementerian Kesehatan pada 2021, terdapat 27 provinsi yang sudah mencapai eleminasi, yang berarti angka prevalensi sudah kurang dari 1/10.000 penduduk dan tidak menjadi masalah kesehatan lagi. Namun, masih ada tujuh provinsi terutama Indonesia Timur seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Barat, dan Papua Barat.

    Dari 416 Kabupaten (1 kab. administrasi) dan 98 Kota (5 kota administrasi) di Indonesia, ada 109 daerah tersebar di 26 provinsi yang belum eleminasi dan menjadi kantong kusta. Sementara jumlah kasus baru di Indonesia ada sekitar 4.183 orang dan kasus terdaftar sebanyak 17.869 orang.

    Bagaimana dengan Jawa Timur? Meski angka prevalensi sudah kurang dari 1/10.000 penduduk, namun masih ada beberapa daerah yang menjadi kantong penyakit kusta.

    Sejarah mencatat dahwa pada 2016 dan 2019, Jawa Timur penah menjadi salah satu provinsi tertinggi nomor satu dengan penyakit kusta. Itu sekaligus menempatkan Jatim sebagai provinsi penyumbang kusta terbesar di antara provinsi lainnya di Indonesia.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Data Dinas Kesehatan Jatim tahun 2016 menyebut, jumlah penderita kusta di Indonesia sekitar 17.000 orang dan 30 persen di antaranya 4.183 orang berada di wilayah Jatim. Miris, dari jumlah itu, 8 persen atau 332 orang di antaranya justru penderita usia anak-anak. Masih tingginya penderita pada anak-anak, menunjukkan penularan kusta di Jatim cukup tinggi.

    Sedangkan data tahun 2019, penderita kusta di Jatim adalah 24% dari penderita kusta di Indonesia. Namun, tingkat prevalensi mengalami penurunan 0,8 per 10 ribu penduduk tercatat tahun 2018 sebesar  0,92 menjadi 0,84 pada 2019.

    Saat itu, ada 2.668 penderita kusta baru di Jatim dan 3.351 penderita kusta yang masih berobat. Dari 2.668 penderita kusta baru, sebanyak 255 menderita cacat akibat lambat deteksi dan sebanyak 194 (7,3%) adalah penderita usia anak. Dan lagi-lagi, di tahun 2019, Jatim masih merupakan provinsi tertinggi jumlah penderita penyakit kusta di Indonesia.

    Sejauh ini, atau hingga 2021-2022, belum ada data terbaru tentang penderita kusta di Jatim. Apakah penderitanya berkurang atau sebaliknya.

    Pada tanggal 7 April 2021, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan berupa sertifikat kepada wilayah yang berhasil mencapai eradikasi frambusia dan eliminasi kusta. Ada 9 wilayah yang menerima penghargaan. Yakni, 8 kabupaten/kota dinyatakan berhasil melakukan eradikasi frambusia dan 1 provinsi berhasil melakukan eliminasi kusta.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Adapun 8 kabupaten/kota penerima sertifikat; Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kota Jakarta Barat, Kota Bengkulu, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kota Blitar, dan Kota Madiun. Sementara 1 provinsi adalah Sulawesi Selatan.

    Dari delapan kab/kota penerima penghargaan, ada dua wakil dari Jawa Timur, Madiun dan Blitar. Itu sebuah bukti  bahwa sejumlah daerah di provinsi berpenduduk sekitar 40.994.515 jiwa (rilis akhir Juli 2021) terus berjuang untuk bebas dari penderita kusta.

    Di Jawa Timur sendiri ada beberapa daerah yang menjadi kantong penderita kusta. Di antaranya, Kab. Sampang dan Sumenep, Madura. Di wilayah pantura, Kab. Tuban, Lamongan, dan satu wilayah selatan di Kab. Lumajang.

    Selama ini penanganan terpusat penderia kusta di Jatim dilakukan di RS Kusta Sumberglagah, Pacet, Kab. Mojokerto, dan RS Kusta di Kediri.

    Mengutip WHO, kusta ditandai dengan munculnya sejumlah gejala. Bakteri ini berkembang biak dengan lambat dan masa inkubasi penyakit rata-rata adalah lima tahun. Gejala kusta dapat terjadi dalam satu tahun, tetapi juga dapat memakan waktu selama 20 tahun atau lebih.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Ada beberapa gejala kusta. Pertama; Bercak kulit yang berubah warna, yang mungkin mati rasa dan terlihat pudar (lebih terang dari kulit di sekitarnya). Kedua; Pertumbuhan atau nodul pada kulit. Ketiga; Kulit tebal, kaku atau kering. Keempat; Bisul tanpa rasa sakit di telapak kaki. Kelima; Pembengkakan atau benjolan tanpa rasa sakit di wajah atau daun telinga. Keenam; Kehilangan alis atau bulu mata.

    Untuk gejala kusta yang diakibatkan oleh kerusakan saraf meliputi: Mati rasa pada area kulit yang terkena; Kelemahan atau kelumpuhan otot (terutama di tangan dan kaki); Pembesaran saraf (terutama di sekitar siku dan lutut dan di sisi leher); Masalah mata yang dapat menyebabkan kebutaan (ketika saraf wajah terpengaruh).

    Sedangkan gejala kusta di selaput lendir adalah: Hidung tersumbat; Mimisan. Jika mengalami gejala tersebut segera periksakan ke dokter.

    Meski tingkat prevalensi kusta di Jatim mengalami penurunan dari tahun ke tahun, agaknya diperlukan sebuah komitmen kuat dari Pemprov Jatim agar daerah-daerah yang tadinya menjadi kantong kusta bisa bebas. Komitmen tak hanya melalui sosialisasi program Jawa Timur Eliminasi Kusta (Jelita) yang dimulai sejak 2017 lalu, dengan target setiap 10 ribu penduduk jumlah penderita kusta maksimal 1 orang saja. Tetapi, bagaimana menggerakkan daerah-daerah lainnya untuk bersama-sama memberikan perhatian lebih terhadap penderita kusta di Jawa Timur. **

    Penulis : wetly

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan