Ketika Malaikat Maut Menyapaku

Ketika Malaikat Maut Menyapaku

Sesampainya di bandara, saya mencari tempat untuk swab antigen, letaknya ternyata di pojok selatan dekat gate 2. Usai mendaftar dan bayar Rp 85 ribu, saya menunggu giliran untuk dipanggil. Ya, sekitar 15 menit, saya dipanggil untuk diperiksa oleh seorang paramedis perempuan.

“Betul, nama bapak, Samiadji Makin Rahmat?” tanyanya. Saya jawab: “Ya, benar!”.
Hampir sama saat menunggu antri swab, hasil swab antigen sekitar sepuluh menit saya diminta mengaktifkan peduli lindungi,

Alhamdulillah hasilnya negatif. Saya pun langsung menuju konter Batik Air di loket nomor 67. Saya yang tidak mengecek tanggal pemesanan tiket, menyodorkan bukti booking di travel online.
“Nama bapak kok Ndak ada di list penumpang Batik?” Ternyata memang kode booking bukan untuk hari Rabu, tapi untuk hari Kamis esoknya. “Waduh kok bisa salah tanggal,” ucap saya sedikit panik.

Usaha untuk mencari terobosan gagal. Pihak customer servis, ketika saya minta tolong untuk dialihkan ke class bisnis, saya harus menambah Rp 4 juta lebih. Akhirnya, saya mundur teratur.
Saat duduk di pojok, didatangi seorang pria menawarkan tiket Lion Air dengan jadwal penerbangan pukul 16.30 WIB.

“Kalau bapak mau, pinjam KTP nya, saya mau pesan kan, kalau dapat slot tiket baru bayar,” katanya. Kami sepakat. Deal!
Saya lihat jam, masih pukul 13.45, waktu luang hampir tiga jam. Saya ambil duduk, dekat gate D6, supaya tidak terlalu jauh dengan lokasi waiting room.

Sekali lagi, ratusan penumpang Lion Air yang awalnya panik, hampir semua dalam kekalutan doa dan memohon doanya makbul (diterima). Tidak Tanya muslim atau non muslim, semua berharap selamat. Jangan sampai burung raksasa yang masih terbang melayang di angkasa mengalami gangguan, apalagi pandangan sangat gelap.
Begitu mendarat selamat sekitar pukul 19.55 WIB, malah ada penumpang yang menangis bahagia. Mereka berangkulan. “Alhamdulillah, masih Engkau berikan selamat dan bisa sampai di Juanda,” isaknya.

Ada empat pramugari yang masih terlihat gelisah dan wajah ayunya terlihat pucat. Bahkan, seorang pramugari memegangi perutnya, seperti mual.

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan, tak lupa disampaikan kepada pilot ganteng bernama Yan. Terima kasih ikut berdoa, hingga berhasil selamat sampai tujuan. Sang pilot mengatakan, saat pesawat gagal landing, diputuskan memutar kea rah Lampung. “Tadi memang berputar ke Lampung, ya hampir satu jam,” ucapnya. (*)