Ketika Malaikat Maut Menyapaku

Ketika Malaikat Maut Menyapaku

Kisah HS Makin RahmatKetua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Timur

“Om, saya nggak mau mati sekarang. Tolong saya didoakan agar bisa selamat. Ya Tuhan, selamatkan saya…. Tolong saya,” ucap, anak muda bernama Aza, tinggal di kawasan Merr, Rungkut, Surabaya, penumpang Lion Air, rute Jakarta-Surabaya, Rabu (8/12/2021).

Itulah kata memohon dari Aza, sarjana lulusan arsitek pemuda nasrani yang merasa jiwanya tergoncang, saat pesawat Lion Air Flight nomor JT 0578, harus memutar haluan mengudara sekitar satu jam sebelum memutuskan landing (mendarat) di Bandara Internasional Juanda, dengan selamat.

Ya, Aza kebetulan duduk bersebelahan dengan saya di kursi nomor 31C, take off dari Bandara Internasional Cengkareng, Soekarno-Hatta, sekitar pukul 17.45. Nyaris semua penumpang teriak histeris. Ada ibu-ibu, bertahlil mengucap kalimat: “Laailaahailallah!!! Ya Allah, berikan kami pertolongan. Selamatkan kami dari kecelakaan pesawat ini”.

Aza yang mengetahui saya sebagai muslim, tidak sungkan mengenggam tangan saya. Tangannya berkeringat dingin, alur omongannya hanya bisa merajuk. “Om, doakan saya. Apa bisa saya nyalakan HP, untuk menghubungi mama?” pertanyaan yang tidak perlu saya dijawab.

Dia pun kembali mencengkeram erat tangan saya, raut mukanya pucat pasi seperti memberontak dan pasrah, bila malaikatul maut harus menjemputnya.

Saya juga menyaksikan, ada rombongan dari Penanggulangan Bencana yang akan bergabung dengan relawan untuk membantu musibah gunung merapi, tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. “Bapak tolong dipimpin doa.” Secara reflek, saya mengucap: “Alfatihah!”
Drama satu jam itu, bagian dari perjalanan pulang usai dua hari, Selaaa-Rabu (7-8/12/2021) mengikuti Rakernas 2 SMSI di Jakarta, membawa kisah hidup, semakin percaya dan yakin adanya kematian. Kullun nafsin daaiqotul maut.

Pembicaraan naik pesawat di bulan Desember, sering mengalami cuaca buruk, tak menyurutkan niat saya untuk menempuh perjalanan jalur udara.

Kebetulan hari Kamis (9/12/2021), saya harus mengikuti berbagai kegiatan. Mendampingi klien di Kejaksaan, disusul rapat di Perwakilan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jawa Timur di Kanwil Kemenag Jatim.
Sebetulnya, saya sudah memesan tiket melalui online naik pesawat Batik Air. Saya pun check out lebih cepat untuk mengejar swab antigen di bandara internasional Soekarno Hatta. Rencana terbang take off pukul 16.00 WIB. Setidaknya, masih ada sekitar empat jam, menuju bandara naik taksi.