banner 728x90

Bahasa Indonesia di Media Pers, Perjuangan Jurnalis Tabrani

Bahasa Indonesia di Media Pers, Perjuangan Jurnalis Tabrani

Bapak Bahasa Jurnalis Indonesia

Perjalanan
Tabrani dalam menekuni dunia jurnalis tercatat menjadi pemimpin majalah Reveu Politik di Jakarta dari tahun 1930 hingga 1932, pemimpin surat kabar Sekolah Kita di Pamekasan dari tahun 1932-1936, dan menjadi direktur sekaligus pemimpin Harian Pemandangan dan Mingguan Pembangoenan.

Ketika memimpin Reveu Politik, Tabrani membawakan kepentingan PRI atau Partai Rakyat Indonesia yang didirikan sendiri. PRI mendapat tentangan keras dari golongan pemuda mahasiswa yang menganggap PRI kurang revolusioner.

Selain itu, kehidupan Tabrani tidak bisa dilepaskan dari Surat kabar Pemandangan.
Dimana pada periode, Juli 1936 hingga Oktober 1940 dan Juli 1951 hingga April 1952. menjabat sebagai pemimpin redaksi.

Melalui surat kabar Pemandangan, Tabrani memperjuangakan Petisi Sutardjo yang berisi tuntutan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar Indonesia diberi kesempatan membentuk parlemen sendiri pada tahun 1936.

Pada tahun 1940, Tabrani bergabung dengan Dinas Penerangan Pemerintah bagian Jurnalistik dan selanjutnya pindah ke bagian kartotek dan dokumentasi.

Pada tahun yang sama, Tabrani menjabat sebagai ketua umum PERDI atau Persatuan Djurnalis Indonesia di Jakarta periode 1939 hingga 1940.

Ketika Indonesia Merdeka, jurnalis Tabrani sempat mengelola koran Suluh Indonesia milik Partai Nasional Indonesia. Dalam perjalanan hidupnya, Tabrani ikut mendirikan Institut Jurnalistik dan Pengetahuan Umum bersama Mr. Wilopo di Jakarta. Murid-muridnya antara lain Anwar Tjokroaminoto dan Sjamsuddin Sutan Makmur.

Tabrani wafat di Jakarta,12 Januari 1984 pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Jurnalis Tabrani lebih tepat sebagai bapak bahasa jurnaistik Indonesia, karena pejuangnya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia.

Atas jasa kecerdasan dan kejelian, menjadi jurnalistik pada masa perjuangan, mengusulkan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan, maka layaklah mendapat penghargaan tertinggi sebagai bapak bahasa jurnalistik Indonesia dan Pahlawan Nasional.(*)