banner 728x90

Bahasa Indonesia di Media Pers, Perjuangan Jurnalis Tabrani

Bahasa Indonesia di Media Pers, Perjuangan Jurnalis Tabrani

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi WartaTransparansi

Penguatan Bulan Bahasa Oktober 2021, Jelang Satu Abad Bahasa Persatuan

Bulan Bahasa pada Oktober 2021, tidak berlebihan mengenang kembali perjuangan jurnalis Mohammad Tabrani Soerjowitjirto (10/10/1904) menjelang “Satu Abad” menjadi perintis penggunaan bahasa Indonesia pada media pers.

Jika Kongres Pemuda I (30 April – 2 Mei 1926) di Loge Ster in Het Oosten (Loji Bintang Timur) Batavia, menjadi titik awal bahasa Indonesia menjadi bahasa pers (media pers) sebagai bahasa persatuan dan bahasa kebangsaan, ketika 95 tahun lalu masih membutuhkan perintis dan pendobrak untuk merekatkan bangsa Indonesia yang begitu majemuk dengan ribuan suku dan bahasa daerah, dengan kekuatan kebudayaan daerah serta fanatisme adat istiadat.

Jurnalis Tabrani dari Pamekasan Madura, Jawa Timur, sebagai salah satu tokoh Jong Java ketika Kongres Pemuda I itu, mampu meyakinkan bahwa bahasa Indonesia akan menjadi kekuatan pemersatu bangsa Indonesia.

Tabrani berani
berbeda pendapat dengan Mohammad Yamin yang memperjuangkan bahasa persatuan ketika itu dengan bahasa Melayu. Tetapi sang jurnalis dari Pamekasan Madura itu dengan penuh keyakinan memperjuangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan dan bahasa pada media pers.

Perjuangan Jurnalis Tabrani patut mendapat penghargaan tertinggi sebagai Pahlawan Nasional, karena mengusulkan bahasa persatuan ialah bahasa Indonesia, juga penguatan pada media pers.

Tentu saja hal itu didasari pendidikan jurnalis Tabrani yang cukup mumpuni pada masa itu, yaitu di MULO dan OSVIA Bandung. Bahkan sejak lulus pada tahun1925 mulai minat menjadi jurnalis dan sudah mendapat kepercayaan memimpin harian Hindia Baroe, kemudian ketika melanjutkan kuliah di Univeritas Koln (universitas zu Koln) membantu beberapa surat kabar Indonesia pada periode 1926-1930.

Kelebihan jurnalis Tabrani sebagai pemuda pada masa sulit dan suasana penjajahan, dengan
segelintir pemuda Indonesia tertarik menekuni dunia jurnalistik. Yaitu tercatat ada Dajmaluddin Adinegoro, Jusuf Jahja dan Tabrani.

Sebagai jurnalis Tabrani berhasil meyakinkan bahwa bahasa pergaulan sekaligus bahasa persatuan ialah bahasa Indonesia. Juga menjadi bahasa media pers atau bahasa karya jurnalistik hingga sekarang sudah membumi menjadi kekuatan bangsa Indonesia dan rumpun Melayu.

Konsep bahasa kebangsaan sebagai pemersatu nusantara, sebagai bahasa pergaulan di masyarakat Indonesia pada masa perjuangan menuju kemerdekaan terutama melalui karya jurnalistik, mampu mematahkan pendapatan M. Yamin yang ingin menjadikan bahasa. Melayu sebagai bahasa pergaulan.

Jurnalis Tabrani anak ketiga dari sembilan bersaudara dari pasangan R.Panji Soeradi Soerowitjitro dan R.Ayu Siti Aminah.