Tajuk  

Pendidikan Literasi dan Pembelajaran Khas Pesantren

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

Pendidikan Literasi dan Pembelajaran Khas Pesantren
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

 

Dunia pendidikan masa kini sedang memperdalam proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran berbasis literasi dan numerasi.

Tetapi prinsip pendidikan literasi sendiri, termasuk dengan penguatan numerasi merupakan proses pendidikan dasar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala pada surat Al-Alaq 1-5.

(1) “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”

(2) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

(3). “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,”

(4) “Yang mengajar (manusia) dengan pena”

(5) “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sebagaimana tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Mamar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wassalam (SAW) berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.

Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya.
Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang sama.

Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, “Bacalah!”

Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.”

Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, “Bacalah!”

Nabi SAW menjawab, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.”

Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, “Bacalah!”

Aku menjawab, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.”

Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-Alaq: 1) sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq: 5)

Maka setelah itu Nabi SAW pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabda:
Selimutilah aku, selimutilah aku!

Maka Khadijah menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, “Mengapa engkau?”

Maka Nabi SAW menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda,
“Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku.”

Khadijah berkata, “Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah.”

Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna netra.

Khadijah bertanya, “Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini.”

Waraqah bertanya, “Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?”

Maka Nabi SAW menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, “Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu.”

Rasulullah SAW memotong pembicaraan, “Apakah benar mereka akan mengusirku?”