Mbah Kiai ini mungkin memang tidak gaul luas. Mungkin juga gak androidan. Dia ahli tarekat. Insya Allah dzikir mengalir bersama desah nafasnya. (Nyuwun pengapunten Mbah Kiai. Saya sudah keminter, sok pintar dan sok tahu. Penganut Perkemi alias Persatuan Kemeruh Internasional hahahaha.
Ujian dari Allah
Kepanikan sebagian kalangan pesantren tidak berlangsung lama. Ibarat orang diterjang banjir, setelah sempat tergagap beberapa bentar mereka segera memegang akar yang kuat untuk menyelamatkan diri. Akar itu adalah Quran dan Hadits. Kesimpulannya, Covid-19 ini ujian dari Allah. Untuk menyeleksi hamba-Nya.
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (Quran, Al Muluk 2).
Covid-19 ini bisa saja bersifat natural seperti angin yang merobohkan rumah. Tapi, bisa juga tidak natural. Merupakan hasil konspirasi setan (jin dan manusia) – misalnya dengan melalukan rekayasa genetika atau semacam senjata biologi plus kekuatan gaib. Tetapi tetap saja bisa terjadi atas ijin Allah. Bi idznillah. Tanpa ijin Allah semuanya mustahil terjadi.
Referensinya adalah Nabi Ayub diuji Allah dengan mengijinkan setan menginfeksikan penyakit ke tubuh Ayub. Efeknya penyakitnya jauh lebih dahsyat dibanding Covid-19. Betapa tidak, hampir seluruh tubuh Ayub berborok yang bernanah, dirubung set.
Ada lagi. Setan membunuh anak-anak Ayub. Iblis membakar lahan pertanian Ayub sampai kekurangan pangan. Jatuh miskin. Belum cukup? Masih ditambah istrinya ngambek. Lengkap pol ujian untuk Ayub.
“Dan ingatlah ketika hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana”. (Quran, Shad 41).
Dalam ayat itu Ayub jelas menyebut setan. Dan setan itu terdiri dari dua golongan yaitu jin dan manusia. Jin dan setan mungkin saja berkonspirasi menganiaya Ayub.
Ayub lulus dari ujian yang sangat berat itu. Dan Allah menghargai dengan karunia yang sangat besar. “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat”. (Quran, Shad 43).
Astaghfirullahal adzim
Rabbi a’lam (Tuhan lebih tahu). (*)