9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan tentara Indonesia dan milisi Indonesia, salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940-an.
Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda.
Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Fatwa resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober, berkat perjuangan kaum santri. Presiden Joko Widodo, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan Hari Santri jatuh pada 22 Oktober. Resolusi Jihad NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari, kakek dari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena melihat kemungkinan bahwa perjuangan kemerdekaan masih belum berakhir kendati proklamasi sudah dilantangkan pada 17 Agustus 1945.
Hal ini disebabkan kedatangan Brigade 49 Divisi India Tentara Inggris pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, yang merupakan buah dari rencana Agresi Militer II Belanda.
Sebelumnya, Nahdhatul Ulama (NU) sudah memiliki milisi yang sempat dilatih secara militer oleh Jepang berkat siasat KH Hasyim Asyari. Nama organisasi itu adalah Laskar Hizbullah, yang turut dikobarkan semangatnya melalui Resolusi Jihad NU.
Martin van Bruinessen dalam NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994) mencatat, pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945, wakil-wakil cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya dan menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad (perang suci) melawan penjajah. Beberapa pentolan yang dikumpulkan KH. Hasyim Asyari di dua hari itu adalah Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, dan para kiai lainnya. Mereka berkumpul di kantor PBNU, Bubutan, Surabaya.
Pertemuan itu turut dihadiri panglima Hizbullah, Zainul Arifin, dan forum pun menyepakati untuk mengeluarkan Resolusi Jihad yang secara umum berisikan dua kategori dalam berjihad.
“Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardu ain (harus dikerjakan tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh.
Bagi yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardu kifayah (yang cukup dikerjakan sebagian orang Islam saja), fatwa kategori jihad itu sebagaimana dilansir dari NU Online, fatwa itu dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad NU 22 Oktober yang menjadi dasar penetapan Hari Santri.
Resolusi Jihad NU punya dampak besar di Jawa Timur. Pada hari-hari berikutnya, ia menjadi pendorong keterlibatan Laskar Hizbullah, kaum santri, dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Itulah sesungguhnya cikal bakal Hari Pahlawan, bahwa kalangan pondok pesantren mengibarkan bendera perang suci, perang membela negara untuk Allah SWT (jihad fisabillillah).
Refleksi hari jadi Kota Surabaya ke 728, bukan suatu yang mustahil mengobarkan semangat jihad untuk mengisi kemerdekaan dengan peradaban modern dan kecanggihan teknologi, tetapi tetap mengedepankan akhlak mulai dan program yang bermanfaat untuk masyarakat. Inilah jihad modern, gotong royong membangun umat dalam mengawal semua sentuhan menjadi manfaat.
(Jt/bbs/bersambung)