SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Indonesia sedang dilanda badai Siklon Tropis Seroja, dengan bentuk kumpulan udara menjadi angin dengan kecepatan tinggi. Dampak dari badai ini telah menimbulkan bandang dan angin kencang serta longsor.
Selasa (6/4/2021),
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, Siklon Tropis Seroja yang memicu bencana alam banjir bandang dan longsor di di Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan siklon terkuat dibandingkan siklon-siklon yang sebelumnya pernah melanda Indonesia.
Bahkan, saat terbentuk kecepatannya sekitar 85 km/jam, saat ini sudah mencapai 110 km/jam dan akan meningkat 130 km/jam kecepatan pusaran anginnya. Namun diprediksi setelah tanggal 7 April 2021, diprediksi siklon ini sudah semakin menjauhi Indonesia meskipun kecepatannya semakin tinggi ,namun dampaknya semakin melemah.
Dwikorita Karnawati dalam Keterangan Pers Kepala BNPB, Kepala BMKG dan Menteri Sosial terkait Ratas, yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (6/4/2021), bahwa data
terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 128 warga meninggal dunia akibat banjir bandang dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT), dampak dari siklon tropis Seroja.
Jumlah tersebut tersebar dibeberapa daerah, dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12.
Selain itu, dilaporkan 72 orang masih dinyatakan hilang dengan rincian Kabupaten Alor 28 orang, Flores Timur 23, dan Lembata 21.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per, Senin (5/4), pukul 23.00 WIB sebanyak 2.019 KK atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak.
Setiap musibah memang merupakan duka mendalam, tetapi di balik peristiwa di luar perkiraan dan kekuasaan manusia itu juga memunculkan hikmah sangat luar biasa. Sebuah peringatan sekaligus sebuah penguatan berbangsa dan bernegara.
Yang pasti, perhatian nasional akan terpusat pada wilayah musibah, dan persatuan serta kesatuan nasional seperti sudah menjadi tradisi menyatu dalam gotong royong, saling bantu membantu. Inilah Indonesia satu irama persatuan dalam kemajemukan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ), Letjen TNI Doni Monardo dari Maumere menuju Larantuka, Selasa siang (6/4/2021). Menteri Sosial Tri Rismaharini juga melakukan kunjungan ke lokasi musibah.
Ada delapan hikmah ketika Allah SWT menurunkan musibah. Pertama, agar yang bersangkutan tahu bahwa Allah mencintainya. Ini berkaitan dengan sabda Nabi Muhammad Saw., “Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang , Allah pasti memberi cobaan pada mereka,” (HR at-Tirmidzi).
Kedua, untuk mengangkat derajat yang bersangkutan. Ini terkait dengan sabda Nabi Muhammad Saw., “Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan musibahnya,” (HR. at-Tirmidzi).
Ketiga, agar yang bersangkutan tidak takabur dan tinggi hati. Ini seperti yang dialami Firaun ketika tenggelam.
Keempat, agar yang bersangkutan lebih mendekatkan diri pada Allah. Kelima, agar yang bersangkutan tahu bahwa hanya Allah saja yang Mahakuat.
Keenam, agar yang bersangkutan tahu posisinya di sisi Allah. Ini terkait dengan firman Allah Swt., “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib” (QS. Ali ‘Imra>n: 179).
Ketujuh, agar yang bersangkutan mulai merindukan surga. Ini berkaitan dengan firman Allah Swt., “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (QS. Ali ‘Imran: 142).
Kedelapan, untuk menumbuhkan solidaritas kolektif. Ini seperti yang terlihat saat bencana melanda hikmah kedelapan inilah salah satu kekuatan gotong royong di Indonesia.
Bahkan, tidak sadar derajat suatu kaum di wilayah musibah, berubah baik tempat maupun perhatian yang lain, dengan beberapa perubahan menuju perbaikan. Lebih hebat lagi keimanan warga semakin meningkat.
Terbukti pasca badai siklon seroja, perhatian pemerintah soal kesehatan dan perbaikan sarana prasaran yang mengalami kerusakan, sedangkan dilakukan koordinasi.
Musibah memang secara alamiah menyisahkan duka mendalam, juga berbagai kerusakan infrastruktur maupun korban meninggal juga korban lain. Tetapi di balik itu ialah menjadi setiap musibah adalah peringatan sekaligus penguatan.