Kedua, dalam hal pendidikan yang ketika itu sudah disimpulkan menjadi salah satu penyebab kemunduran prestasi olahraga, dilakukan program khusus dengan mempermudah sistem belajar mengajar atlet (siswa khusus Smanor) lebih fokus pada prestasi olahraga.
Ketiga, masalah sistem kepatuhan akan dilakukan percepatan dengan mendatangkan pelatih asing (jika diperlukan) karena waktu itu perkembangan prestasi China/Tiongkok di dunia sudah mampu menyaingi negara adi daya Amerika Serikat, Uni Soviet/Rusia dan pecahannya, serta negara biru benua Eropa.
Selain itu, mampu Tiongkok sudah mampu menandingi bahkan menyalip Jepang dan Korea Selatan di kawasan Asia, serta kemajuan olahraga Thailand dan Vietnam yang mencontoh program Tiongkok mengalami kemajuan pesat.
Keempat, bahwa penghargaan terhadap prestasi olahraga akan dilakukan secara masif dengan memperhatikan keluarga atlet sampai memberikan fasilitas khusus bagi atlet berprestasi.
Kelima, program khusus pembinaan prestasi atlet melalui sekolah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat resmi melalui anggaran APBN. Sementara daerah mendukung dengan menyesuaikan kebijakan dan kekuatan anggaran masing-masing.
Oleh karena itu, jika Kemenpora mau melakukan finalisasi grand desain keolahragaan nasional, maka jangan sekedar membuat konsep atau buku biru saja. Tetapi lebih strategis jika implementasinya atau pelaksanaannya dijaga benar-benar profesional dan bermartabat.
Tanpa perlakuan khusus kepada atlet sebagai “anak emas” di antara jutaan anak bangsa ini, tanpa model khusus pendidilan khusus kepada atlet, tanpa program khusus dalam memberikan penghargaan, maka semua akan sia-sia belaka. Menggapai prestasi hebat, memang membutuhkan terobosan sangat terhormat dan bermuatan harkat juga martabat. (*)