Oleh Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi WartaTransparansi
Siklus cuaca ekstrem di seluruh Indonesia, sesuai dengan prakiraan cuaca akan menimbulkan curah hujan tinggi dengan intensitas tidak menentu. Ancaman banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan musibah terkait menjadi peringatan dini, sekaligus waspada setiap saat.
Salah satu peringatan dini pada hari ini, agar mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat pada di wilayah Pulau Bawean, Surabaya, Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Tuban, Bojonegoro, Kab. Malang, Kota Malang, Kab. Pasuruan, Kab. Probolinggo dan Lumajang.
Perubahan cuaca ekstrem dengan kemungkinan terjadi musibah, diperkirakan terjadi di kota ataupun kabupaten di Jawa Timur. Bahkan berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang dalam beberapa pekan ke depan.
Hal tersebut merupakan akibat anomali iklim dari fenomena La Nina dan Madden Julian Oscillation (MJO). Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda I, Wayan Mustika mengatakan bahwa anomali iklim La Nina menyebabkan musim hujan berlangsung lebih awal.
Akibat cuaca ekstrem sebanyak 5.432 hektar lahan tanaman padi di 17 Kabupaten Kota di Jawa Timur terendam banjir. Selain persawahan, sejumlah areal pertanaman juga terdampak banjir.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov Jatim mencatat, lahan yang terdampak yakni 97 ha kebun jagung, 2 ha ladang semangka, 16 hektar ladang cabai dan 0,25 ha lahan tanaman bawang merah, Sabtu (19/12/2020).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov Jatim Hadi Sulistyo mengungkapkan, luasan lahan persawahan yang terendam banjir hanya 1,11 persen dari keseluruhan.
Tetapi, banjir di beberapa daerah ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi di Jatim, karena yang terkena banjir hanya 1,11 persen dari luas lahan sawah di Jatim.
Dari 1,11 persen sawah yang terendam banjir itupun, tanaman padi kondisinya tidak rusak dan masih bisa diselamatkan, sehingga tidak terjadi puso.