Mencuri Pandang Batik Khas Madiun yang Menyita Hati

Mencuri Pandang Batik Khas Madiun yang Menyita Hati

Sebagai out put produksi batik, yakni menyangkut pemasaran, Indra Setyawan merencanakan berdirinya koperasi. Lembaga itu, menurutnya, akan menampung anggota dari berbagai macam pengrajin lokal, guna memasarkan hasil produksinya.

“Sehingga konsumen nantinya tidak lagi kesulitan mencari batik khas Madiun. Meskipun, terkait pemasaran sebenarnya kami juga sudah membuka portal online,” cetus Indra Setyawan.

Sementara menurut Bagas, konsumen lokal, yang mengaku gandrung akan motif batik khas Madiun, menilai batik Madiun berciri khas motif pesilat dan alat musik Dongkrek itu bisa diadu dengan bermacam batik yang lahir jauh lebih dulu dari kota lain.

Kombinasi warna, lanjutnya, juga menawan hati dengan goresan Pesilat dan Dongkrek yang tidak mungkin ditemulan pada motif batik dari kota manapun.

Kombinasi warna dengan muatan budaya khas Madiun, dinilai Ahmad Supriyanto, warga Madiun yang juga pengagum batik, sebagai daya pesonanya.

Dari pengakuan berbagai konsumen terungkapkan, perpaduan psikologis warna dengan unsur kebudayaan lokal membuktikan batik khas Madiun ‘pandai mencuri hati’ konsumen.

Konsep itu yang akhirnya menginspirasi Sri Lestari, salah satu pengrajin batik, asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, untuk terus mengoptimalkan usahanya.

Tujuh tahun silam, hanya dengan modal Rp. 500 ribu, Sri Lestari memulai usahanya bidang membatik. Awalnya timbul tenggelam lantaran belum menemukan ciri khas pada batik buatannya.

Namun setelah terpaten konsep batik dengan ciri khas ke Madiun an, usahanya mulai dirasakan meningkat. “Alhamdulilah saat ini saya sudah mempunyai 12 karyawan. Kami menjual per lembar batik seharga maksimal Rp 300 ribu. Cukup banyak yang memesan,” ucapnya. (fin)