Persiapan, menurut Satyawarman tidak ada masalah. Dua mesin Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dimiliki Pemkab Sidoarjo sehari dapat melayani dan memeriksa 90 sampel Swab.
“Memang harus segera dilakukan pendataan, pak Wabup mulai Senin, setidaknya 14 hari ke belakang kegiatannya apa saja,” paparnya.
Informasi yang digali WartaTransparansi.Com, sebetulnya dalam seminggu ini cak Nur sudah terlihat seperti kurang istirahat dan wajahnya pucat.
Berbagai agenda yang padat, memaksanya untuk selalu aktif dalam aktifitas kedinasan maupun komunikasi politik.
“Sebetulnya, Sepuluh hari lalu bapak sudah terlihat kelelahan. Tapi, beberapa agenda dipaksakan, diantaranya rapat paripurna dengan dewan mengenai PAK (Perubahan Anggaran Keuangan). Puncak kegiatan, ya hari Selasa mengikuti acara dinas di Jakarta. Jadi, siapa saja yang mendampingi dan komunikasi dengan bapak, ya sebaliknya ikut Swab,” ujar salah satu pejabat Pemkab Sidoarjo.
Dilanjutkan, Direktur RSUD Sidoarjo, informasi dari pihak keluarga mulai Senin mulai tidak teratur makannya. Namun, Cak Nur tetap memaksakan diri dan hanya mengkonsumsi obat yang diberikan, baik yang sifatnya medis maupun herbal.
Pulang hari Rabu (19/8/2020) dari Jakarta, sebetulnya diminta untuk berobat. Tapi, tetap enggan dengan alasan menuntaskan rapat paripurna PAK, Rabu malam.
“Jadi, puncaknya Sabtu pagi (23/8/2020), saya dipanggil bu Wabup, katanya bapak mau dibawa ke rumah sakit. Akhirnya, kami jemput. Setelah dilakukan pemeriksaan, sekitar pukul 10.00, beliau langsung kami bawa ke ruang khusus, sampai akhirnya di ICU dan dipasang ventilator,” paparnya.
Bila melihat kegiatan dan acara Wabup, tentu yang perlu didata, siapa yang mendampingi Wabup ke Jakarta dan dengan siapa saja berikteraksi, termasuk saat dalam pesawat. Beriktunya, ketika di Jakarta dan kembali ke Sidoarjo dan mengikuti siding, tentu bertemu dengan pimpinan dewan.
“Kami juga dapat informasi, bu Wabup juga positif Covid-19,” pungkasnya. (mat)