Ia pun menghimbau ; “Jangan ada rasa selain aroma Indonesia! “. Barangkali puisi M. Rohanudin dapat disebut “puisi peringatan”.
Puisi Puisiku
Helai-helai rambutmu
melayang-layang di atas laguku
lagu rindu lebih teduh dari nyanyian teduhmu
lagu ini kupersembahkan padamu bait-bait liriknya separuh jingga separuh jiwaku dan separuh jiwamu ada ruhmu yg menyertai puisi-puisiku
wassalam
Berthold Damshauser, berselimut sastra tidak sekedar membaca “puisi puisiku”, tetapi lebih dari itu memperingatkan dengan sebuah karya “robek robeklah dadaku”, pada bait terlahir begitu memberi peringatan keras, seperti corong pengeras suara.
….,
karena kita lahir di atas rahim Indonesia
tumbuh besar dan tegak di atas langit Indonesia mengait bintang gemintang di balik awan Indonesia berlayar dengan hembusan angin sepoi-sepoi Indonesia ombaknya pun seperti nyanyian Indonesia
maka, robek-robeklah dadaku
robek-robeklah jiwaku
asal jangan robek merah putihku.
Dan…,
Roboh dan robohlah tembok pemisah itu
Roboh dan robohlah keangkuhan memisahkan tulang dan darah, juga mencabut akar urat-urat kebersamaan dalam aliran lukisan surga … “Jerman Bersatu” selaras dengan “Persatuan Indonesia”. (Djoko Tetuko).