SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH. Marzuqi Mustamar menyatakan perlunya kerjasama antara PWNU dengan partai politik, terutama Partai Golkar untuk menyelesaikan beberapa hal yang sampai saat ini belum dikerjakan secara menyeluruh.
“Kami berharap Golkar Jatim bisa membantu program PWNU Jawa Timur,” tutur Kyai Marzuqi Mustamar ketika menerima kunjungan pengurus baru Golkar Jatim, di kantor PWNU Jawa Timur, Selasa (16/6/2020).
Silaturahmi pengurus Golkar Jatim periode 2020-2025 dibawah Ketua HM. Sarmuji sowan PWNU Jawa Timur. Pertama ingin mengenalkan pengurus yang baru dan memohon arahan. Pengurus baru ini belum sempat di lantik karena keduluan wabah corona datang dan hingga kini belum ada tanda tanda selesai.
Ada beberapa hal yang perlu dikerjakan bersama sama yakni sertifikasi tanah wakaf masjid sekaligus mendatanya. Kalau tanah wakaf itu tidak segera di sertifikatkan, bisa menimbulkan masalah baru di kemudian hari. “Gejala saling gugat itu sudah mulai muncul,” tutur Kyai Marzuqi
Selain dua hal tadi kata Kyai Marzuqi, yaitu peningkatan kesejahteraan guru guru madrasah diniyah dan sertifikasi pondok pesantren.
Tidak kalah pentingnya, partai Golkar dalam melakukan kaderisasi melakukan screening yang ketat agar terhindar dari paham extrem.
“Mari kita sama sama menjaga NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhinika Tunggqal Eka. Ini penting karena masalah paham ektrem ini belakangan mulai mencuat lagi.
Tanah wakaf yang belum sertifikat itu, kalau tidak segera diurus, bisa menimbulkan kerawanan terutama pada ahli warisnya. Disitu ada guru ngaji, dan anak anak kita ngaji disitu. Kalau tanah wakaf masjid itu jadi sengketa, lalu masjidnya ditutup, lalu kemana lagi anak anak kita belajar ngaji. Yang rugibua kita semua.
Menyinggung soal kesejahteraan para guru madrasah dan guru ngaji, Kiai Marzuki mengatakan, kami butuh parpol, butuh anggota DPR, juga mengajak warga NU yang menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar, ikut memikirkan kesejahreraan mereka.
Tidak harus anggota dewan itu keluar duwitnya. Paling tidak jasmasnya bisa disisihkan untuk guru guru dan pondok pesantren.
Saat ini para guru madrasah maksimal pendapatannya hanya sekitar Rp500ribu/bulan. Itupun sudah kumpulan dari mana mana. Honorer gurunya paling hanya Rp200ribu, ditambah sebagai guru ngaji dan lain lain, totalnya hanya sekitar Rp500ribu.
Ada Pemkab/Pemkot yang peduli dengan menganggarkan lewat APBDnya. Tapi juga ada Pemda yang tidak menganggarkan sama sekali.
Dijelaskan, Jawa Timur pada tahun ini mendapat alokasi anggaran dari Pemerintah pusat Rp2,7 triliun untuk 12.000 pondok pesantren. Tapi pompes yang registrasi dan diakui oleh Pemerintah hanya 4000 saja.
“Banyak pondok yang tidak melakukan pendaftaran ulang. Kiai itu kalau suruh ngurus ngurus yang begitu kan tidak semua mau. Tapi pendidikan untuk santrinya jalan terus,” ujar Kiai Marzuki Mustamar.
Sementara itu, dihadapan Kiai Mustamar dan bebrapa pengurus WNU Jawa Timur, Ketua Golkar Jawa Timur Sarmuji menjelaskan soal komposisi kepengurus Golkar perode 2020-2025 sudah sangat beragam latar belakangnya.
Yang jelas saat ini banyak warna hijau di Golkar sekarang. Artinya kader yang NU dan Muhammadyah sudah banyak.
Sarmuji juga menjelaskan mengenai sisten rekrutmen kader. Bahwa di Golkar dalam rekrutmen kader, pertama yang dilihat adalah latar belakangnya, screening mengenai ideologinya, pahamnya. Kalau ada indikasi paham extrem, tentu tidak akan diterima. Dan itu diatur dalam organisasi. Ini diyakini sepaham dengan NU.
Beberapa yang disampaikan Kiai tadi, Golkar akan mengupayakan baik melalui Fraksi Golkar di Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi maupun DPR RI. “Kami setuju dengan keinginan Kiai,” kata Sarmuji.
Mendengar penjelasan Ketua Golkar M. Sarmuji, Kiai Marzuki Mustamar mengaku sangat gembira.
“Sesungguhnya antara NU dan Golkar itu tidak ada beda. Yang membedakan hanya letaknya saja. Kalau Golkar ada diseberang timur sana, PWNU ada diseberang barat jalan.
Ketua M. Sarmuji didampingi Golkar Jawa Timur diantaranya Criswanto Santoso, Gus Mamak, Zahrul Azhat As’ad, RB Zainal Arifin, Meulila Osman, Perempuan Golkar dan pengurus harian lainya. Pertemuan diakhiri dengan ramah tamah dan makan siang bersama. (min)