Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)
Dulu sang bapak seorang jenderal berperang melawan pemberontakan komunis, menumpas Gerakan 30 September, bersama Presiden ke-2 Soeharto. Gigih menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari rencana dan upaya meruntuhkan Pancasila.
Dulu sang bapak seorang Jenderal dengan menanggalkan senjata menata bangsa dan negara memulai bersama Orde Baru, mengawal BP-7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Melahirkan 36 butir dari lima sila.
Dulu, sang bapak seorang Jenderal dengan sikap profesional ketika menjadi duta di tanah Korea. Tegas, sigap dan cerdik mendidik tentara profesional yang kemarin dan kini sama-sama jadi Jenderal.
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ayah
(almarhumah) Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, dan (almarhum) mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Kemarin dulu, sang kakak isteri seorang Jenderal berpulang lebih dahulu mengakhiri perjuangan bersama sang suami Presiden ke-6 Susilo Yudhoyono, setelah cukup bersama-sama membangun negeri ini tiada henti.
Kemarin dulu, sang kakak seorang “ibu negara” dengan penuh bersahaja dan selalu menebar senyum ramah, bersama Presiden ke-6 yang juga seorang Jenderal meletakkan dasar pembaharuan demokrasi.
Kemarin dulu, sang kakak sebagai simbol perjuangan Partai Demokrat, memulai sebuah demokrasi modern, menjadikan sebuah “keluarga partai” dengan tetap berjuang dalam kondisi apa saja.
Hj. Kristiani Herrawati, S.I.P. (lahir di Yogyakarta, Indonesia, 6 Juli 1952 – meninggal di Singapura, 1 Juni 2019 pada umur 66 tahun), atau lebih dikenal dengan nama Ani Yudhoyono.
Kini, Prajurit Sejati “Jenderal bertabur Jenderal” itu, setelah mengabdi bersama rakyat membangun negeri dengan catatan menjaga kesucian sebagai prajurit sejati, telah berpulang, setelah sang kakak 1 tahun 13 hari mendahului.
Kini, Prajurit Sejati “Jenderal bertabur Jenderal” itu, tercatat menorehkan catatan pernah menjadi ajudan Presiden Megawati dengan tetap menjadi prajurit sejati.
Kini, Prajurit Sejati “Jenderal bertabur Jenderal” itu, telah
mengakhiri pengabdian dengan meninggalkan kenangan sebagai tentara profesional “berpangkat jenderal berbudi pekerti prajurit sejati”.
Jendral (Pur) Prabowo Edhi Wibowo, telah wafat di Desa Ciwalen, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat,
dalam usia 65 tahun.
Selamat jalan, Prajurit Sejati “Jenderal bertabur Jenderal” nan bersahaja.
Prajurit Sejati mantan Pangkostrad, Panglima Kodam III/Siliwangi dan Komandan Jenderal Kopassus, dan KASAD.
Prajurit Sejati bertabur tanda jasa kehormatan negara “Bintang Mahaputra Utama, Bintang Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, dan Bintang Jalasena Utama”.
“Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya”.
Bendera setengah tiang mengantar kepergian Prajurit Sejati “Jenderal bertabur Jenderal” yang begitu gigih tetap menjaga negeri tanpa mau berhenti mengabdi. (*)