Pancasila Dan Kepongahan Amerika

Pancasila Dan Kepongahan Amerika
Zahrul Azhar As'ad

HM. Zahrul Azhar Asumta . SIP , MKes (Inisiator ASEAN YOUTH INTERFAITH CAMP)

Ditengah pandemi ini saya dikejutkan oleh berita kondisi terkini yang ada di negara adidaya ; Amerika, seakan berturut setelah perlemen dan para elite menyalahkan Trump yang dianggap telah lalai dan abai atas saran saran para ilmuwan terhdapa Covid19 hingga “fatwa” Trump untuk mewajibkan membuka rumah ibadah kepada seluruh gubenur negara bagian di Amerika ok bahkan di pidato terakhirnya sempat mengatakan ; jika gubenur tidak mau membuka gereja , masjid dan tempat ibadah lain maka dia yang akan membuka sendiri, mantap.

Saya sedang tidak bahas tentang jumlah korban covid di Amerika yang sudah kita ketahui semua bahwa secara data memang babak belur , tapi anehnya masih bnyak juga sekelompok orang yang menganggap covid 19 hanya rekaan dan konspirasi belaka , bisa jadi dikarenakan Amerika punya Hallywood sebagai gudangnya macam macam genre film terutama fiksi ilmiah dan juga misteri konspirasi.

Semua mata dunia sekrang seakan teruju ke negara Amerika , negara yang puluhan tahun dikenal royal memberikan bantuan pelatihan tentang HAM dan kemanusiaan ke berbagai negara , negara yang selalu terdepan dalam issue issue demokratisasi ditiap perempatan gang bumi ini tiba tiba terkuak belangnya dengan menganga. Masalah rasisme di Amerika bukan lah barang baru tetapi memang sudah menjadi bom waktu , kematian seorang perempuan kulit hitam dan selang 2 bulan berikutnya disusul oleh floyd hanya puncak gunung es yang sudah menggumpal berabad.

Berdasarkan catatan saya kekerasan seperti ini sudah terjadi berabad-abad lamanya di Amerika. Sejak dahulu kala , orang kulit hitam hanya dianggap budak dan hak-hak mereka dibatasi oleh orang kulit putih yang merasa yakin, kedudukannya lebih tinggi dari kulit hitam bahkan sekitar abad ke-20, hukuman mati tanpa pengadilan muncul sebagai taktik baru untuk mengendalikan kehidupan orang kulit hitam.

Terpilihnya Barack Obama menjadi presiden ditahun 2009 tidaklah menyelsaikan maslaah rasisme di Amerika , justru warga Amerika ras putih puritan menganggap ini adalah sebuah kecolongan terbukti tidak ada penurunan kasus rasisme di Amerika dan bahkan keterpilihan Obama justru sebagai akar meningkatnya permasalahan rasial yang terjadi sepanjang pemerintahannya.

Dibawah kepemimpinan Trump seakan masyarakat Amerika mengalami social Shock dengan model dan gaya eksentrik sang presiden, bahkan seorang gubernur pun berani mengkritik didepan publik seperti yang dilakukan oleh gubenrur new York Cuomo dengan menuding Trump membebankan tanggung jawab kepada negara-negara bagian dan lebih menyukai bisnis besar daripada terpukulnya komunitas akibat corona.