Opini  

Ramadhan di Perbatasan

Ramadhan di Perbatasan
Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)

Rembulan sudah menipis, melingkar manis menghiasi langit kadang menangis histeris tanpa mampu menjaga egois.

Ramadan sudah di perbatasan tanpa mampu mencegah bermalam lebih lama, walau kiriman ayat-ayat suci Al-Qur’an berjuta-juta terus mengalir semilir dan paket hemat dzikir, tasbih, tahmid terus berkumandang memandang

Bintang-bintang gemerlap memancar sinar cahaya abadi memutih, menjadi saksi malaikat turun dari singgasana menebar pahala semalam setara 1000 bulan, meratapi bulan suci sebentar lagi pergi

Ramadhan sudah di perbatasan, tanpa mampu meminta barang sedetik pun menunda kepulangan, walau dari masjid dan rumah-rumah jutaan muslimin dan muslimat menebar do’a memancar sinar menunggu keajaiban

Rembulan pun seperti padam tanpa lampu penerangan jalan, menjaga mega terus berputar-putar menari kebingungan kehilangan

Ramadhan sudah sampai di perbatasan, tanpa mampu menunda barang sejenak untuk menambah nikmat memperkuat ajimat kuat