SURABAYA – Saat memberikan kata sambutan, suara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terdengar lirih, terbata-bata. Sesekali ia menyeka air mata yang membasahi pipi. Bukan air mata sedih, tetapi air mata haru, senang, bahagia, karena 300 anak Surabaya lulusan SMA/SMK yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang kuliah, diterima perusahaan Astra untuk program magang selama tiga bulan.
“Kalau boleh saya diberikan kesempatan, saya akan sujud di depan Bapak/ibu sekalian, karena saya terima kasih sekali. Kaki saya tidak kuat,” kata Risma dengan suara lirih terbata-bata dan kemudian sujud syukur saat sambutan.
Seketika itu, ajudan dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya membantu Risma untuk bangkit berdiri. Sambil mengusap air matanya dengan tisu, ia mencoba bangkit lagi berdiri dan melanjutkan sambutannya.
“Terima kasih sekali Bapak, terima kasih sekali,” katanya sambil terisak.
Bagi dia, tidak ada kata yang dapat mewakili rasa terima kasihnya kepada pihak Astra. Bahkan, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu mengaku rela nyemplung sungai apabila disuruh Astra untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.
“Saya tidak akan pedulikan (badan) saya. Bagi saya, mereka lebih berharga dibandingkan tubuh saya. Jadi, matur nuwun sekali lagi,” kata Risma seusai penandatanganan nota kesepakatan bersama antara Pemkot Surabaya dengan Grup Astra Surabaya tentang pengembangan sumber daya manusia bagi warga Kota Surabaya.
Risma mengaku sangat tau bahwa kesempatan seperti ini sangat jarang diberikan kepada orang lain. Namun, kesempatan ini diberikan kepada anak-anak Surabaya yang merupakan anak-anak Wali Kota Risma, sehingga berkali-kali dia menyampaikan terima kasih atas kesempatan tersebut. “Mudah-mudahan Tuhan yang akan membalas kebaikan Bapak/Ibu sekalian karena kami tidak bisa membalasnya,” katanya.
Sebenarnya, lanjut dia, bingung menangani anak-anak Surabaya yang putus sekolah. Bahkan, ia merasa punya hutang apabila belum bisa menyelesaikan anak-anak yang putus sekolah.