Oleh karena itu, pada SEA Games 2019, di Philipina, Indonesia dengan mengikuti 418 nomor pertandingan dari 51 cabang olahraga (cabor) dan 65 disiplin yang dipertandingkan di SEA Games 2019, harus melakukan perubahan target jauh lebih membanggakan daripada sekedar menduduki peringkat keempat.
Sebab, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar dan potensi prestasi olahraga tidak kalah hebat dengan negara tetangga, maka minimal runner-up adalah prestasi yang tidak membanggakan.
Gaya Menpora Zainudin Amali memang penuh dengan teka-teki, sebab alasan tidak memasang target tinggi, karena kontingen Indonesia banyak atlet muda dengan prosentase 60 oersen, sedangkan atlet senior 40 persen. Komposisi atlet sekaligus untuk meremajaan ini, dibutuhkan kehati-hatian untuk menjaga semangat dan terus memotivasi.
Namun, dengan tegas Menpora sebagai wakil pemerintah menyatakan tidak akan menyalahkan apabila gagal. Tetapi akan memberi hukuman bagi cabor yang sudah jelas-jelas mendapat target tetapi mampu memberi medali emas untuk kontingen merah putih.
SEA Gsmes 2017, Malaysia keluar sebagai juara umum dengan perolehan 145 emas, 92 perak, dan 86 perunggu. Sementara urutan kedua ditempati, Thailand dengan 72 emas, 86 perak, dan 88 perunggu. Vietnam sendiri harus puas di urutan ketiga dengan 58 emas, 50 perak, 60 perunggu.
Menyusul di urutan keempat, Singapura dengan 57 emas, 58 perak, dan 73 perunggu. Sementara itu, kontingen Indonesia hanya mampu berada di urutan kelima. Atlet-atlet Merah Putih hanya mampu membawa pulang 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Bagi Indonesia, prestasi olahraga dari tahun ke tahun menjadi kebanggaan hampir seluruh warga negara Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai budaya sangat membanggakan prestasi olahraga anak-anak bangsa.
Dan harapan itu di pundak Menpora Zainudin Amali. Salah satu kejutan yang sangat diharapkan cabor sepakbola berhasil meraih medali emas, dan perolehan medali emas, perak maupun perunggu melebihi dari target serta mengejutkan kontingen negara lain.
Dan jika itu terjadi, maka inilah moment kebangkitan olahraga Indonesia dari kawasan Asean menuju prestasi dunia.
Pemetaan dan Bank Data Atlet
Polo Air sudah membuktikan mampu mempersembahkan medali emas pertama, sekaligus pertama kali merebut medali emas setelah sekian puluh tahun menjadi dominasi Singapura di kawasan Asean, sepakbola dengan segala upaya dan perbaikan alhamdulillah menembus babak final, dan insysAllah mampu mempeersembahkan medali emas, setelah menunggu selama 28 tahun.
Dan beberapa cabang seperti tenis dan bowling yang tidak diperhitungkan mampu bangkit mempersembahkan medali emas, alhamdulillah mampu melampoi target.
SEA Games 2019 Manila Philipna, memang belum berakhir, tetapi sekedar catatan ringan, jika Indonesia hanya meraih 50 medali emas, maka sudah pasti di bawah Vietnam dan Thailand yang sudah mengoleksi di atas 50 medali emas.
Bahkan masih ada ancaman Singapura yang sudah mengoleksi 43 medali emas. Oleh karena itu, Menpora Zainudin Amali merupakan sosok paling tepat, dengan keinginan tinggi mempersembahkan presatsi olahraga dengan sungguh-sungguh, dan dengan tangin dingin serta kemauan keras juga usaha maksimal sudah membuktikan membawa dampak atau pengaruh positif terhadap atlet Indonesia.
Semoga kebangkitan ini menjadi pintu gerbang menuju prestasi Asia dan dunia.
Tentu saja dari dapur Kemenegpora sudah mulai secara khusus melakukan pemetaan terhadap cabang olahraga dengan potensi prestasi dunia, minimal sudah mampu masuk jajaran ’’4 besar’’ atau setara dengan medali perunggu, jika hanya mampu mencapai posisi ketiga atau keempat.
Tetapi sudah harus diklasifikasikan olahraga apa saja? Demikian juga cabang olahraga dengan prestasi Asia dengan beberapa perhitungan secara matang dan tepat.
Dari pemetaan ini, maka sekaligus dibuatkan bank data atlet nasional seluruh cabang olahraga dengan dilengkapi catatan medis, catatan psikologi, assesment kepribadian, dan ketangguhan mental dalam bertanding,m serta potensi merebut prestasi dunia. (*)