Terkait limbahan bahan beracun berbahaya itu, Menlu menyebutkan, yang menyampaikan tidak hanya Presiden Jokowi, Presiden Filipina Duterte juga menyampaikan hal yang sama. “Sampai saya keluar masih belum ada tanggapan ya, tetapi kadang-kadang tidak ditanggapi nggak apa-apa tetapi message-nya sampai,” kata Menlu menjawab wartawan.
Dalam East Asia Summit itu, menurut Retno, Presiden juga menyampaikan mengenai masalah kerja sama yang terkait dalam langkah penanganan sampah plastik di laut. Presiden mengingatkan bahwa jika tidak diatasi segera maka ekosistem laut di kawasan Indo-Pasifik akan rusak.
Indonesia saat ini, sedang menjalankan strategi nasional untuk menangani sampah laut, dari hulu ke hilir. Ia optimistis Indonesia bisa mencapai target pengurangan sampah laut hingga 70% di tahun 2025. “Saya berpandangan negara EAS harus dapat mendorong gerakan global anti sampah plastik,” ujar Jokowi seraya menambahkan, gerakan global ini melibatkan sektor swasta aktivis lingkungan, generasi pemuda dan milenial. Karenan itu, Jokowi berharap negara di kawasan Asia Timur tetap konsisten dalam memerangi sampah plastik dan limbah berbahaya. (wt)