Jakarta – Polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat harus segera dihentikan. Polarisasi imbas dari kontestasi politik ini telah memecah masyarakat secara diametral berdasarfkan kelompok dan warna politik.
Padahal. Bangsa ini butuh harmoni kebersamaan untuk menjadi lebih kuat dan kompetitif.
Dalam rilis yang diterima media ini Rabu (3/7/2019), Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyerukan semua komunitas mengakhiri polarisasi ini.
“Ekses yang mengemuka sejak sebelum dan sepanjang periode tahun poltik 2019 adalah polarisasi masyarakat. Rivalitas itu nyata-nyata tidak sehat dan juga tidak produktif. Fakta tentang polarisasi masyarakat ini harus disikapi dengan sangat serius dan bersungguh-sungguh,” aku Bamsoet.
Menurut poltisi Partai Golkar itu, polarisasi akan berdampak pada ketahanan nasional. Pemerintah, DPR, bahkan organisasi besar di bidang keagamaan telah menunjukan keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap masalah polarisasi ini.
Berbagai pendekatan terus diupayakan untuk mengakhir polarisasi. Namun, tanpa kesadaran, kemauan, dan peran serta masyarakat, semua upaya pendekatan itu akan sia-sia.
“Kini, seharusnya tidak ada lagi rivalitas politik antar-komunitas, karena tahun politik 2019 yang memuncak pada pilpres dan pileg telah berakhir. Finalisasi sudah akhiri oleh keputusan Mahkamah Konstitusi pada 27 Juni 2019. Biarlah panggung rivalitas politik itu selanjutnya diisi dan dilakoni oleh para politisi sebagai sarana untuk memperjuangkan aspirasi konstituennya masing-masing,” tuturnya.
Patut diingat, sambung mantan Ketua Komisi III DPR ini, bagi para politisi tidak ada rivalitas abadi, tidak ada musuh abadi, dan tidak ada teman atau anggota koalisi yang abadi. Satu-satunya yang abadi dalam politik adalah kepentingan. Kalau sudah bicara kepentingan, selalu muncul pertanyaan siapa mendapat apa dan siapa yang harus lebih didahulukan. Dengan fakta ini, jelas tak ada alasan mempertahankan polarisasi. (sam)