Berkaca dari pengalaman tersebut, Risma meminta kepada guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemerintah untuk mempersiapkan sumber daya anak yang kuat secara emosi, IQ dan mental. Diharapkan, anak-anak dapat bersaing dengan anak-anak dari seluruh dunia yang terbiasa dengan kesusahan.
Hal ini, kata dia, seiring era keterbukaan pada tahun 2020 mendatang yang mana sumber daya manusia dari seluruh dunia bisa masuk ke Indonesia. “Kalau kita kalah dan anak-anak kita hanya jadi penonton, artinya sama dengan kita dijajah kembali,” tuturnya.
Untuk menghadapi itu semua, lanjut Risma, anak-anak harus dibiasakan bekerja keras demi mencapai sesuatu. Mental anak-anak, IQ, dan emosional perlu diperkuat agar lebih tahan banting. “Jangan biasakan untuk mengeluh. Keberhasilan dan kesuksesan harus diraih dengan kerja keras,” imbuh Risma.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan menjelaskan, 635 karya pembelajaran guru yang dipamerkan ini sebelumnya telah melalui seleksi. Jumlah karya guru yang masuk sekitar 1.300 lebih kemudian disaring menjadi 635 karya. “Nanti ada juga pendampingan dan pembinaan untuk kemudian diseminarkan. Supaya semua dapat sama-sama belajar,” jelasnya.
Ikhsan menilai, karya-karya guru yang ditampilkan cukup bagus serta orisinal. Karya tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai bentuk sumbangsih guru Surabaya terhadap dunia pendidikan. (wt)